MAUMERE, KOMPAS.com - Satuan Tugas Penanggulangan Covid-19 Kabupaten Sikka memuji penanganan Covid-19 di Desa Runut, Kecamatan Waigete.
Kepala desa beserta jajarannya dianggap cekatan dalam mencegah dan menangani penyebaran Covid-19 di wilayah mereka.
Kepala Desa Runut Gregorius Gelit (53) membagikan cerita penanganan Covid-19 yang dilakukannya.
Sejak awal kasus Covid-19 merebak, Gregorius bersama jajarannya aktif memantau para pelaku perjalanan yang datang di zona merah. Ia langsung membentuk tim yang berkoordinasi langsung dengan setiap ketua rukun tetangga (RT).
Perangkat RT, kata dia, memastikan pelaku perjalanan tak boleh masuk rumah sebelum menunjukkan surat bebas Covid-19 berdasarkan tes cepat antigen.
"Saya minta setiap RT, kalau ada yang baru datang segera ke posko, lapor diri, bawa dengan surat hasil rapid test (antigen)," kata Gregorius kepada Kompas.com lewat telepon, Senin (2/8/2021) malam.
Kebijakan itu diterapkan sejak 20 Maret 2020. Sampai sekarang, satgas desa masih disiplin menerapkan kebijakan itu untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Di posko satgas Covid-19 desa, tim akan mengukur suhu tubuh setiap pendatang baru yang melapor. Lalu, satgas akan mengantar mereka ke alamat masing-masing.
Baca juga: Kreativitas Lurah di Kediri Tangani Covid-19, Bangun Kesadaran Masyarakat dengan Lomba Berhadiah
Para pendatang tersebut diminta menjalani karantina mandiri selama 14 hari.
"Tim kami memantau mereka yang karantina. Setiap hari. Kalau ada yang langgar, tangkap. Pada umumnya mereka mematuhi aturan itu. Pengawasan kita cukup ketat," ujarnya.
Menurutnya, kesadaran masyarakat Desa Runut tentang ancaman dan bahaya Covid-19 bagus dari awal pandemi.
Masyarakat desa sangat peka dengan hal yang disampaikan pemerintah, mulai dari new normal hingga protokol kesehatan.
Alhasil, di setiap rumah warga Desa Runut ditemukan tempat cuci tangan, lengkap dengan sabun. Setiap tamu yang berkunjung wajib mencuci tangan pakai sabun.
Mereka juga taat mengenakan masker saat keluar rumah. Setiap kali acara adat, mereka selalu menyiapkan tempat cuci tangan.
Kampanye Tiap Hari
Untuk membangun kesadaran masyarakat, usaha yang dilakukan Gregorius bersama timnya cukup keras. Setiap hari, mereka mengingatkan pentingnya protokol kesehatan dan bahaya Covid-19 ke masyarakat.
Sosialisasi itu disampaikan secara lisan di setiap rukun tetangga. Gregorius menyebut, ada dua hal yang selalu diingatkan setiap sosialisasi, jujur dan takut.
"Jujur itu modal untuk umur panjang. Takut itu rambu-rambu agar keluarga bisa umur panjang. Kalau kita tidak jujur, bisa mati semua kita diserang wabah ini," katanya.
Selain sosialisasi secara lisan, satgas Covid-19 desa juga membuat spanduk yang berisi edukasi tentang corona. Spanduk itu ditempel di setiap dusun dan sekolah.
"Kami juga mengajarkan, setiap warga melewati spanduk yang dipasang di setiap titik, wajib berhenti dan baca. Jika tidak mengerti bisa dijelaskan dengan bahasa ibu supaya mudah dimengerti. Dari informasi itu mereka bisa saling mengingatkan satu sama lain," ungkapnya.
Gerak cepat
Gregorius menceritakan salah satu warganya dinyatakan positif Covid-19 saat hendak mengadu nasib ke Papua pada 7 Juli 2021. Warga tersebut dinyatakan positif berdasarkan tes cepat antigen di pelabuhan.
Setelah dinyatakan positif, pengelola pelabuhan memulangkan warga tersebut untuk menjalani isolasi mandiri.
Gregorius yang mendapat informasi itu langsung melapor ke satgas Covid-19 kecamatan. Tim kecamatan lalul lmenurunkan petugas untuk mengambil sampel warga tersebut.
Setelah diperiksa, ternyata waga tersebut positif Covid-19. Warga itu lalu diminta menjalani isolasi mandiri di rumah bersama istri dan anaknya.
Baca juga: Perjuangan Bripka Anom Layani 90 Pasien Isoman di Jayapura, Rajin Sosialisasi meski Kadang Diejek
"Di rumah itu mereka ada empat orang," kata Gregorius.
Berdasarkan surat edaran Bupati Sikka sejak penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), pemerintah desa diminta menanggung logistik warga yang sedang menjalani karantina mandiri.
"Sesuai aturan, kami menganggarkan per jiwa itu Rp 25.000. Jadi mereka dalam satu rumah empat orang jadinya jumlahnya Rp 100.000 per hari," jelas dia.
Satgas desa pun membelikan menu makanan untuk diantar ke keluarga itu. Sekali belanja, mereka membeli kebutuhan dua hari.
Sehingga, tim hanya belanja sebanyak tujuh kali untuk keperluan isolasi selama 14 hari.
"Kita pakai ide begitu supaya mereka yang di dalam rumah itu tidak keluar lagi untuk pergi belanja. Kita belanja, mereka tinggal makan saja," ungkap Gregorius.
Sampai saat ini, total warga Desa Runut yang terpapar Covid-19 sebanyak empat orang. Keempat warga itu pun telah dinyatakan sembuh.
“Kuncinya di sini kami selalu tekankan kepada masyarakat bahwa Corona itu ada. Karena itu, cara agar tidak terpapar Corona adalah patuhi prokes," pungkasnya.
Diperhatikan satgas desa
Salah satu warga Desa Runut yang terpapar Covid-19 Markus Moa, dinyatakan positif Covid-19 pada awal Juli.
Markus merupakan warga yang dinyatakan positif Covid-19 saat hendak bertolak ke Papua.
Selama isolasi mandiri, satgas desa bersama tenaga medis selalu memperhatikan kebutuhan Markus dan keluarganya.
Baca juga: Datang ke Sikka, Kapolda NTT Ingatkan Anggota Humanis Selama PPKM Level 4
"Mereka beli barang-barang untuk makan dan bawa obat untuk kami di rumah," ungkap Markus saat dihubungi, Selasa pagi.
Ia pun sangat mengapresiasi pelayanan dari satgas Desa Runut. Sehingga, warga yang menjalani karantina mandiri tidak sengsara, karena semua kebutuhan terlayani hingga sembuh.
"Mereka melayani kami sampai sembuh. Ini bagi saya sangat luar biasa," jelas Markus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.