"Kita sedang mengajukan ke Kementerian Kesehatan bantuan 8 unit ventilator," ujarnya.
Kapasitas ruang perawatan ICU dengan alat bantu pernapasan jenis HFNC, ujarnya, hanya ada 7, empat di antaranya ada di RSUD Ngudi Waluyo.
Kolaborasi kurang efektif
Selain faktor keterbatasan peralatan medis, Huda juga menggarisbawahi masalah kolaborasi yang kurang efektif di antara fasilitas kesehatan yang ada baik di primer (puskesmas) dan ditingkat antar rumah sakit.
Kolaborasi yang kurang baik, ujarnya, juga terjadi antar fasilitas kesehatan di wilayah administratif yang berbeda, seperti antara rumah sakit di wilayah Kabupaten dan Kota Blitar.
"Karena pasien dari Kabupaten juga banyak yang ditangani rumah sakit di Kota Blitar," ujarnya.
Huda menolak memerinci persis masalah tersebut, dan menambahkan adanya faktor lain yang berasal dari eksternal fasilitas kesehatan yaitu dari masyarakat sendiri.
Baca juga: Hendak Dimakamkan Satgas, Peti Pasien Covid-19 Dibongkar Keluarga, Jenazahnya Dibawa ke Rumah
Menurut Huda, faktor rendahnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri sejak dini kondisi kesehatan mereka ke fasilitas kesehatan turut menyumbang tingginya kasus kematian di Kabupaten Blitar.
Huda mengatakan, ketika mengalami gejala terjangkit Covid-19 masyarakat tidak segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan karena takut.
"Ketika gejala masih tergolong ringan atau sedang, mereka tidak segera memeriksakan diri ke rumah sakit karena takut 'dicovidkan'," ujar Huda.
Baru setelah gejala bertambah kuat dan kondisi kesehatan menurun, jelasnya, masyarakat memeriksakan diri ke rumah sakit.
"Ketika periksa ke rumah sakit rata-rata kondisinya sudah berat dengan harapan sembuh rendah. Ini membebani rumah sakit," ujarnya.
Terkait hal itu, Huda menyatakan akan terus memberikan edukasi kepada masyarakat guna meningkatkan kesadaran untuk periksa sejak dini.
Tidak semua ICU dilengkapi ventilator
Terpisah, Kepala Seksi Surveilens dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Endro Purnomo mengatakan, total ketersediaan ruang perawatan ICU untuk pasien Covid-19 di rumah sakit rujukan di Kabupaten Blitar ada 28 tempat tidur.
Namun, ujarnya, tidak semua ICU itu dilengkapi ventilator atau HFNC.
"Ada 11 tempat tidur ICU tanpa ventilator dan HFNC," ujarnya.
Dari 10 tempat tidur ICU dengan ventilator, ujar Endro, saat ini terpakai 7 dan tinggal tersisa 3.
Baca juga: Pemkot Surabaya Hapus Sanksi Denda Keterlambatan Pelaporan Kelahiran, Ini Alasannya
Sementara dari total 7 ruang perawatan ICU dengan HFNC, hanya tersisa 2 tempat tidur.
Endro mengatakan, total ruang perawatan untuk pasien Covid-19 di 3 rumah sakit rujukan dan 5 rumah sakit penyangga yang ada di Kabupaten Blitar sebanyak 182 tempat tidur.
Menurut Endro, jumlah itu masih kurang karena seharusnya setiap rumah sakit menyisihkan setidaknya 30 persen dari tempat tidur yang dimiliki untuk pasien Covid-19.
"Mayoritas belum mengalokasikan 30 persen dari tempat tidur yang dimiliki untuk Covid-19. Baru satu yang memenuhi itu, RSUD Ngudi Waluyo," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.