"Di pasar yang ramai, orang-orang tidak pakai masker. Mereka bilang virus corona itu tidak ada.
"Artinya, perilaku mereka tidak tergambarkan dalam jumlah kasus. Kasus yang tercatat seolah rendah. Bahkan suatu ketika disebut kasus positif hariannya nol," ucapnya.
Baca juga: Antisipasi Covid-19 Masuk dari Lamongan dan Bangkalan, Perbatasan Gresik Kembali Disekat
Pada 6 Juni lalu, Bangkalan adalah daerah di Jatim dengan jumlah kasus positif baru terbanyak, yaitu 23 kasus. Ini berdasarkan data resmi Dinas Kesehatan provinsi tersebut.
Dua kabupaten lain di Pulau Madura, yakni Sumenep dan Pamekasan masing-masing mencatat 14 dan dua kasus positif baru.
Sementara satu di kabupaten lainnya, yaitu Sampang, yang berada di antara Bangkalan dan Pamekasan, diklaim tidak muncul satu pun kasus positif.
"Unsur pimpinan di Forkopimda di daerah-daerah memang tidak ingin daerah itu melakukan tes dan penelusuran kontak yang bagus supaya kasusnya tidak terlihat banyak," kata Windu.
Baca juga: 3 Penyebab Lonjakan Kasus Covid-19 di Bangkalan Madura, Apa Saja?
"Selama dua hal ini tidak dilakukan dengan baik, maka kasus sebenarnya ada di bawah permukaan dan itu adalah bom waktu," ucapnya.
Forkopimda yang disebut Windhu adalah forum koordinasi yang melibatkan kepala daerah, ketua DPRD, dan orang nomor satu dari lembaga kepolisian, militer, kejaksaan, dan pengadilan di suatu daerah.
Namun setelah muncul 66 kasus baru di Bangkalan dalam sepuluh hari terakhir, otoritas setempat mengeklaim telah menggelar tes massal dan menelusuri kontak erat orang-orang yang positif Covid.
Baca juga: Kendalikan Kasus Covid-19 di Kudus dan Bangkalan, Ini 4 Langkah TNI Polri
"Kami sudah tracing dan swab massal di Kecamatan Arusbaya. Total ada 170 orang yang kami tes. Memang belum ada hasilnya tapi sekarang tes ini juga masih dilanjutkan," kata Agus Sugianto dari Satgas Covid Bangkalan.
Bagaimanapun, epidemiolog Windhu Pramono mendesak pemerintah menangani Covid di Bangkalan secara komprehensif.
Windhu menilai pemerintah semestinya menutup Bangkalan secara penuh. Artinya, kata dia, warga kabupaten itu untuk sementara perlu dilarang keluar-masuk daerahnya, kecuali untuk keperluan yang benar-benar mendasar.
Akhir pekan kemarin kepolisian melakukan tes acak kepada pengendara dari Bangkalan yang menuju Surabaya.
Baca juga: Ini Upaya Pemkab Mengendalikan Lonjakan Kasus Covid-19 di Bangkalan
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, mengeklaim dari tes acak itu ditemukan setidaknya 70 orang yang positif Covid.
Siasat ini menurut Windhu tidak efektif karena tidak semua orang dari Bangkalan melewati tes. Mobilitas warga Bangkalan ke tiga kabupaten lain di Madura yang berada di sisi timurnya pun tidak dibatasi.
"Bangkalan sementara ini harus dikunci. Kemarin ada penyekatan di Suramadu, tapi hanya sampai Magrib. Itu apa gunanya? Orang akan cari celah di luar jam penyekatan," kata Windhu.
"Orang Indonesia kan alergi dengan kata 'lockdown'. Ya sebut saja strategi itu PSBB. Pada saat yang sama ada pencarian kontak erat.
Baca juga: Ledakan Kasus Covid-19 di Kudus dan Bangkalan, Penyebab dan Respons Pemerintah
Namun penutupan wilayah seperti ini bukan siasat yang dipilih pemerintah setempat.