SAMARINDA, KOMPAS.com - Polres Berau sedang menyelidiki dugaan penipuan berkedok investasi Beezy menyusul laporan seorang korban inisial BS, Senin (31/5/2021).
Perempuan kelahiran 1997 itu datang ke Polres Berau dengan bukti empat lembar transfer dengan total kerugian berkisar Rp 100 juta bersama lima keluarganya.
BS melaporkan seorang terduga pelaku berinisial TR sesama warga Berau.
Kejadian bermula ketika BS melihat Instagram Story TR, pada (25/1/2021) lalu.
Baca juga: 3 Anggota TNI Ditahan, Diduga Tembak Warga Tanah Bumbu Kalsel hingga Tewas
Isi story itu berupa tawaran investasi Beezy dengan modal Rp 1,5 juta bisa mendapat keuntungan Rp 500.000 dalam waktu 15 hari. Artinya setelah 15 hari uangnya bakal kembali menjadi Rp 2 juta.
"Tawaran itu tersedia masih sembilan slot. Jadi saya DM (Direct Message) dia (TR) mau minta tiga slot," terang BS saat dihubungi Kompas.com, Kamis (3/6/2021).
BS yakin dengan TR karena mengenal latar belakangnya sebagai pengusaha baju di pasar. Meski keduanya tak saling kenal dekat, hanya berteman lewat Instagram.
BS juga mendapat penjelasan, uang yang ia investasikan bakal diputar seperti cara kerja bank, sehingga dalam waktu singkat langsung mendapat keuntungan.
Bermodal kepercayaan itu, BS mengirim total uang Rp 4,5 juta untuk tiga slot ke rekening TR.
Lalu 15 hari kemudian, TR mengembalikan modal ditambah keuntungan BS dengan total uang Rp 6 juta.
BS makin tertarik. Keduanya melakukan transaksi yang sama sebanyak enam kali dan setiap 15 hari BS mendapat uang kembali dengan keuntungan sesuai janji di awal.
"Setelah kali ke tujuh kami kirim Rp 18 jutaan lebih, uang itu tidak kembali meski sudah lewat waktu 15 hari. Saya tanya ke TR kenapa belum pencairan. Dijawab TR, ownernya (pemilik) tertipu," terang BS meniru percakapannya dengan TR waktu itu.
"Saya langsung datangi rumahnya (TR). Saya tanya kok tertipu, tertipu sama siapa. Bukannya ownernya kamu. Terus TR jawab bukan, ownerku DM," sambung BS.
Sejak itu, BS baru menyadari ternyata TR juga punya atasan lagi, seorang perempuan berinisial DM.
"Terus saya tanya D mana, dia bilang DM anak Teluk (Kelurahan Teluk Bayur di Berau). Saya anak Teluk juga, saya kenal DM, tapi enggak tahu ternyata dia rekan bisnis TR. Jadi aku tunjukin rumah DM," terang BS.
Nama dan alamat DM yang disebutkan TR, sama persis dengan identitas KTP yang tersebar di media sosial. DM diduga sebagai pelaku investasi bodong Beezy dengan total kerugian berkisar Rp 70 miliar.
Korban diduga tak hanya di Berau, tapi juga di beberapa daerah lain di Indonesia. BS membenarkan KTP yang tersebar itu sama dengan DM yang ia kenal.
BS menjelaskan, ia mengetahui DM saat keduanya pernah satu sekolah di Berau. Namun berjalan waktu jarang ada komunikasi.
Informasi terakhir, kata BS, DM berstatus mahasiswi di sebuah universitas ternama di Samarinda.
Saat BS mengantar TR mendatangi rumah DM yang bersangkutan tak ada di tempat.
"Kata TR dia chatingan terakhir sama DM, dia ada di Samarinda bawa koper, katanya ke rumah temannya," tutur BS.
BS mengaku tak punya urusan dengan DM. Kerugian ratusan juta yang ia alami bersama lima keluarganya itu saat berurusan dengan TR.
“Jadi saya laporkan TR. Saya enggak tahu soal DM meski saya kenal. Karena owner saya ya TR bukan DM,” tegas BS.
Menurut BS, total korban yang berinvestasi ke TR di Berau berjumlah 41 orang dengan total kerugian sekitar Rp 408 juta. BS berharap kerugiannya bersama keluarga bisa dikembalikan.
"Saya hanya minta kembali modal, tapi sampai sekarang tidak ada jawaban dari TR, karena itu saya laporkan ke polisi," pungkas BS.
TR belum bersedia memberikan keterangan saat dihubungi Kompas.com.
Dia hanya berujar melapor balik DM ke Polres Berau.
“Ada beberapa teman saya yang laporin saya. Jadi saya mau lanjut laporin DM,” ungkap TR melalui pesan singkat.
Kasat Reskrim Polres Berau, AKP Ferry Putra Samodra mengatakan total kerugian para korban yang melapor berkisar Rp 2 miliar.
“Kalau kalkulasi kami saat ini sekitar itu. Sudah ada dua terlapor (TR dan DM),” ungkap Ferry.
Disinggung perihal total kerugian Rp 70 miliar sebagaimana informasi yang beredar di media sosial, Ferry belum memastikan.
“Saya belum tahu soal besaran itu. Tapi angka itu mungkin gabungan seluruh Indonesia. Kalau di Berau saja, kami kalkulasi enggak sampai Rp 70 miliar,” terang Ferry.
Ferry belum mengetahui motif pelaku, sebab dua terduga pelaku yang dilaporkan belum diperiksa.
“Kami masih lakukan penyelidikan dengan pemanggilan pihak-pihak terkait,” pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.