KULON PROGO, KOMPAS.com – NAF, tersangka pembunuhan berantai di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, agaknya berdarah dingin.
Pemuda berumur 22 tahun ini memperagakan bagaimana mengangkat korbannya yang setengah sadar dan menjatuhkan tubuh korban.
Ia lantas menyeret tubuh korban sampai ke lorong dalam bangunan kosong pada Dermaga Wisata Glagah dalam komplek wisata Pantai Glagah, Kapanewon Temon.
Baca juga: Pembunuh Berantai Kulon Progo Dikenal Sopan dan Aktif Berkesenian, Orangtua: Kami Terkejut
Perbuatan itu merupakan salah satu dari 36 adegan dalam rekonstruksi pembunuhan yang dilakukan NAF pada Takdir Sunariati (22) asal Pedukuhan Paingan, Kalurahan Sendangsari, Kapanewon Pengasih.
"Ada 36 adegan yang diperagakan dalam rekonstruksi kali ini. Tujuan rekonstruksi untuk mengetahui apa saja yang sebenarnya terjadi di lokasi pembunuhan," kata Kasat Reserse Kriminal Polres Kulon Progo, AKP Munarso ditemui usai rekonstruksi, Kamis (3/6/2021).
NAF tersangka tunggal kasus pembunuhan berantai dengan dua korban meninggal dunia. Kasusnya terungkap tepat dua bulan lalu.
Takdir korban kedua dalam kejadian ini, sekaligus jejak yang mengungkapkan tragedi ini.
Takdir merupakan gadis muda nan ramah yang bekerja di pengepakan briket. Ia ditemukan sudah tidak bernyawa dalam bangunan sepi dermaga wisata Glagah pada 2 April 2021 lalu.
Polisi menangkap pelaku, NAF, beberapa jam setelah Takdir ditemukan.
Tak hanya itu, tertangkapnya NAF sekaligus mengungkap kasus pembunuhan sebelumnya dengan korban Desi Sri Diantari, warga Pedukuhan Gadingan, Wates.
Pembunuhan terhadap Takdir mengingatkan kembali pada kematian Desi. Pasalnya, pelaku melakukan perbuatan serupa, yakni pembunuhan diawali dengan meracuni korban dengan minuman soda yang dioplos dengan obat flu.
Baca juga: Hadiri Rekonstruksi Pembunuhan Berantai, Orangtua Korban: Hukum Mati Pelaku
Rekonstruksi terlaksana pada empat tempat berbeda, yakni warung kelontong, kawasan Pelabuhan Perikanan Tanjung Adikarta di Kalurahan Karangwuni, Dermaga Wisata Pantai Glagah, dan berakhir di Stasiun KA Wates.
Awalnya, NAF dan Takdir jalan-jalan, termasuk ke pelabuhan perikanan Tanjung Adikarta, warung sekitar kawasan pelabuhan untuk membeli dua minuman bersoda dan obat flu. Lalu, mengajak korban ke Dermaga Wisata Pantai Glagah.
Di sana, NAF mengobrol dan memberi Takdir minuman soda yang ternyata sudah dioplos obat. Takdir segera lemas lalu tidak sadar diri setelah meminum minuman oplos itu. Ia tersungkur di pelataran dermaga.
NAF kemudian mengangkat tubuh Takdir yang telentang, membawa ke pinggir lantai keramik bangunan dermaga.