Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tangis Haru Nenek Supiyati Melihat Cucunya yang Terancam Putus Sekolah Bisa Masuk SMP

Kompas.com - 27/05/2021, 16:08 WIB
Kontributor Banyuwangi, Imam Rosidin,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Tangis haru Nenek Supiyati (55) pecah setelah tahu cucunya, Irmawati, dipastikan bakal menjadi pelajar di SMPN 3 Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur.

Bagaimana tidak, hampir saja cucunya terancam putus sekolah dan tak bisa menggapai cita-cita lantaran berbagai keterbatasan.

Nenek Supiyati sebelumnya kebingungan apakah cucunya yang baru lulus dari SDN 1 Kemendung, Muncar bisa melanjutkan sekolah atau tidak.

Ia bahkan sempat meminta cucunya untuk tidak sekolah terebih dahulu.

"Ya Allah terima kasih. Cucu saya akhirnya bisa sekolah. Setelah lulus SD, saya sudah bilang sama Irma, mungkin terpaksa tidak sekolah dulu. Saya sudah tua dan kesehatan menurun," kata Supiyati dikutip dari rilis Pemkab Banyuwangi, Kamis (27/5/2021).

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani bahkan ikut menjemput Irmawati dan mendampinginya masuk ke SMPN 3 Muncar.

Hal ini dilakukan saat berkantor di Desa Kumendung, Muncar.

Baca juga: Sambil Terisak, Bandar Arisan yang Tipu Ratusan Peserta: Maaf, Saya Tak Mampu Kembalikan Uang Arisan

Tinggal dengan sang nenek sejak lahir

Irma adalah seorang anak yatim dan sejak lahir tinggal bersama neneknya.

Di rumah berukuran sekitar 5x5 meter itu keduanya tinggal bersama.

Supiyati hanya membuka warung kecil yang menjual makanan ringan di samping rumahnya.

Penghasilannya tidak seberapa. Situasi menjadi kian sulit karena kondisi kesehatan Supiyati mulai menurun.

Supiyati sebenarnya berharap pada ibu kandung Irmawati yang tinggal di kecamatan lain, namun tidak pernah ada kepastian.

"Sejak kecil anak ini sudah saya rawat. Ibunya masih ada, tapi juga tidak bekerja," kata Supiyati.

Baca juga: Khofifah Dilaporkan ke Polisi Soal Pesta Ulang Tahunnya, Pelapor Bandingkan dengan Kasus Rizieq Shihab

IlustrasiKOMPAS Ilustrasi
Kini bisa lanjutkan sekolah

Irmawati juga terlambat sekolah beberapa tahun dibandingkan anak seusianya.

Selama ini, meski sekolahnya jauh, Irma tetap semangat sekolah. Biasanya dia berangkat sendiri mengendarai sepeda, meski matanya mengalami masalah.

"Tidak ada yang ngantar, berangkat sendiri naik sepeda," kata anak yang bercita-cita menjadi koki itu.

Supiyati mengatakan, Irma adalah anak yang penuh semangat. Selama ini dia terbiasa mandiri.

Selain berangkat sekolah sendiri, dia juga membuat sarapan sendiri. "Masakannya juga enak. Dia senang belajar masak," katanya.

Hati Irmawati pun kini lega karena bisa kembali bersekolah. "Senang rasanya akhirnya bisa sekolah," kata Irmawati.

Baca juga: Ada Kaki di Atas Kepala Saya, Ditarik Diam Saja, Saya Kira Sudah Meninggal

Menjelang PPDB yang akan dibuka awal Juni 2021, Bupati Ipuk mengintruksikan kepada Dinas Pendidikan untuk jemput bola terutama kepada para pelajar kurang mampu.

Hal ini untuk memastikan mereka bisa mengakses PPDB dan tetap melanjutkan sekolah.

Selain dibantu untuk sekolah lagi, ia juga mengintruksikan kepada Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro untuk memasukkan warung Supiyati dalam progran Warung Naik Kelas (Wenak).

Warung Supiyati akan mendapat bantuan berbagai alat usaha dan pembenahan warung.

Ipuk juga meminta jajarannya untuk memfasilitasi bantuan kacamata kepada Irma, agar Irma bisa melihat lebih sempurna.

Baca juga: Camat di NTT Kemudikan Mobil dan Tabrak Warga, Diduga dalam Kondisi Mabuk Miras

Ipuk mengatakan, PPDB tahun ini harus diikuti dengan program jemput bola kepada para pelajar kurang mampu.

Pandemi Covid-19 membuat potensi anak putus sekolah meningkat. Meski biaya dasar sekolah sudah gratis, ada beberapa kendala yang dihadapi keluarga kurang mampu, seperti mengajak anak untuk bekerja membantu orang tua.

“Dengan jemput bola, kita cegah anak putus sekolah," kata Ipuk.

Apalagi, sambung Ipuk, PPDB sebagai sebuah sistem memang terdiri atas beberapa mekanisme. Keluarga kurang mampu bisa jadi kesulitan mengikuti alur yang ada.

“PPDB ini sistem, di situ ada mekanisme yang harus dicermati, seperti pagu sekolah, kemudian harus buka website PPDB. Untuk buka website saja, kan keluarga kurang mampu bisa jadi kesulitan. Makanya harus jemput bola, harus kita dampingi,” ujar Ipuk.

Baca juga: Sopir Pikap Diduga Sempat Terlelap hingga Tabrak Pohon, 8 Penumpang Tewas

Ipuk pun mengintruksikan jajaran Dinas Pendidikan lebih proaktif mencari anak yang berpotensi putus sekolah.

"Semua harus bergerak. Camat juga harus bantu dampingi pelajar kurang mampu. Termasuk seluruh warga, saling menginfokan, misal ada tetangganya belum daftar PPDB, infokan ke perangkat, agar ditindaklanjuti,” beber Ipuk.

Ada empat jalur pada PPDB tahun ini.

Pertama, zonasi dengan kuota 50 persen untuk pelajar di sekitar sekolah. Kedua, jalur prestasi 30 persen. Ketiga, jalur afirmasi pelajar kurang mampu 15 persen. Keempat, jalur perpindahan tugas orangtua/wali 5 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hubungan Asmara Sesama Jenis di Balik Pembunuhan Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali

Hubungan Asmara Sesama Jenis di Balik Pembunuhan Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali

Regional
Sempat Ditutup 6 Jam, Akses Padang-Solok Dibuka Kembali

Sempat Ditutup 6 Jam, Akses Padang-Solok Dibuka Kembali

Regional
Maju Pilkada Banten 2024, Arief R Wismansyah Ikut Penjaringan 3 Partai

Maju Pilkada Banten 2024, Arief R Wismansyah Ikut Penjaringan 3 Partai

Regional
Bocah Penjual Kue yang Tewas Kecelakaan di Pontianak Dikenal Gigih, Emoh Pulang Sebelum Dagangan Habis

Bocah Penjual Kue yang Tewas Kecelakaan di Pontianak Dikenal Gigih, Emoh Pulang Sebelum Dagangan Habis

Regional
Soal Pengangguran, Pj Gubernur Sebut Banten Jadi Tujuan Mencari Pekerjaan

Soal Pengangguran, Pj Gubernur Sebut Banten Jadi Tujuan Mencari Pekerjaan

Regional
Naskah Kuno Banyuwangi Diusung Perpusnas Masuk ke Ingatan Kolektif Nasional 2024

Naskah Kuno Banyuwangi Diusung Perpusnas Masuk ke Ingatan Kolektif Nasional 2024

Kilas Daerah
Bikin Gempar Undip, Nicholas Saputra Motivasi Mahasiswa Hadapi Ketidakpastian Masa Depan

Bikin Gempar Undip, Nicholas Saputra Motivasi Mahasiswa Hadapi Ketidakpastian Masa Depan

Regional
LKPD Kabupaten HST Kembali Raih Opini WTP dari BPK

LKPD Kabupaten HST Kembali Raih Opini WTP dari BPK

Regional
3 Warga Gunungkidul yang Jalan Kaki ke Jakarta untuk Temui Prabowo Sampai Purworejo, Minta Jalan Tol Masuk Gunungkidul

3 Warga Gunungkidul yang Jalan Kaki ke Jakarta untuk Temui Prabowo Sampai Purworejo, Minta Jalan Tol Masuk Gunungkidul

Regional
Banjir Rob Pantura Sayung Demak Mulai Surut, Pemotor: Masih Mengganggu

Banjir Rob Pantura Sayung Demak Mulai Surut, Pemotor: Masih Mengganggu

Regional
PAN Usung Istri Bupati di Pilkada Kabupaten Solok 2024

PAN Usung Istri Bupati di Pilkada Kabupaten Solok 2024

Regional
Gunung Ile Lewotolok Meletus 65 Kali Selama 6 Jam, Status Siaga

Gunung Ile Lewotolok Meletus 65 Kali Selama 6 Jam, Status Siaga

Regional
Polisi Tangkap Penipu Modus Jual Barang di Aplikasi Belanja Online

Polisi Tangkap Penipu Modus Jual Barang di Aplikasi Belanja Online

Regional
Kecelakaan di Pontianak, 2 Bocah Penjual Kue Meninggal

Kecelakaan di Pontianak, 2 Bocah Penjual Kue Meninggal

Regional
Longsor di Sitinjau Lauik, 2 Warga Dilaporkan Hilang, Diduga Tertimbun

Longsor di Sitinjau Lauik, 2 Warga Dilaporkan Hilang, Diduga Tertimbun

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com