Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bocah 7 Tahun Tewas Saat Ritual, Dukun: Tenang Nanti Tak Hidupkan Lagi...

Kompas.com - 19/05/2021, 16:16 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - A, bocah 7 tahun asal Kabupaten Temanggung tewas setelah mengikuti ritual yang dilakukan oleh orangtuanya dan dua tetangganya yang dikenal sebagai dukun.

Saat ini dua dukun tersebut yakni Haryono dan Budiyono telah ditetapkan sebagai tersangka.

A meninggal setelah ditenggelamkan berkali-kali di bak mandi setelah orangtuanya berkonsultasi pada dua tersangka.

Mereka melakukan hal tersebut karena dua dukun tersebut meyakini jika A adalah anak genderuwo dan harus menjalani ritual untuk mengusir roh jahat.

Baca juga: Dianggap Nakal, Bocah Ini Tewas Ditenggelamkan Orangtua di Bak Mandi, Mayatnya Disimpan 4 Bulan di Kamar

Janji hidupkan kembali korban yang tewas

Kepala Desa Bejen, Kecamatan Bejen, Sugeng mengatakan kasus tersebut berawal saat orangtua A berkonsultasi pada Haryono dan Budiyono pad Januari 2021.

Haryono mengklaim A adalah anak genderuwo setelah melihat A tak bereaksi saat diminta olehnya makan bunga mahoni yang pahit dan beberapa cabai.

Karena takut, ayah korban pun meminta dua tersangka tersebut melakukan ritual.

"Karena takut, pak M meminta H dan B untuk menyembuhkan anaknya. Ritualnya dengan cara menenggelamkan A di bak mandi," katanya, saat dihubungi Tribun Jogja.

Baca juga: Percaya Anaknya Dihinggapi Makhluk Dunia Lain, Orangtua Tenggelamkan dan Simpan Mayat Anak Selama 4 Bulan

Sugeng mengatakan salah satu ritual yang harus dilakukan adalah menenggelamkan korban.

Ritual pertama, A ditenggelamkan di bak mandi. Korban juga ditenggelamkan di ritual kedua dan ketiga namun kondisinya masih seperti biasa.

Sebelum ditenggelamkan, A menjalani ritual mandi kembang tengah malam. Namun saat ritual keempat dilakukan, A lemas dan tak sadarkan diri.

"Sebelum ditenggelamkan di bak mandi, A itu juga sempat diminta untuk mandi kembang tengah malam. Lalu ditenggelamkan di bak mandi empat kali. Pertama sampai ke tiga gak apa-apa," ujarnya.

Baca juga: Mayat Bocah SD Disimpan Orangtua 4 Bulan Dalam Kamar, Tersisa Tulang dan Kulit

"Setelah keempat kalinya mungkin tubuhnya lemah, terus dia pingsan. Gak sadarkan diri lama sekali," imbuh kata Kepala Desa Bejen.

Ritual keempat dilakukan oleh Budiyono rekan Hariyono.

Saat ditenggelamkan kempat kalinya, A lemas dan tak sadarkan diri. Budiyono yang mengetahui hal tersebut meminta ayah korban, M memanggil Haryono.

Saat Haryono tiba di rumah korban, A sudah tak bernyawa. Namun Haryono menjanjikan pada ayah korban untuk menghidupkan kembali A yang telah meninggal dunia.

Baca juga: Korban Praktik Dukun, Bocah Ini Dipaksa Makan Bunga Sebelum Ditenggelamkan hingga Tewas

"Yang paling lama menenggelamkan A ke bak mandi itu Budiyono. Sampai akhirnya tak sadarkan diri. Lalu pak M memanggil Haryono.

"Tapi dia bilang, tenang-tenang gak usah bingung, nanti tak hidupkan lagi," terang Sugeng.

Masih kata Sugeng, saat itu Haryono meminta M untuk membersihkan tubuh anaknya dan menaruh jenazahnya di dalam kamar dengan ditutupi kain.

Baca juga: Atas Saran Dukun, Bocah Ini Jalani Ritual Agar Tidak Nakal, Ditenggelamkan Orangtua di Bak Mandi hingga Tewas

"Dia bilang, supaya jenazah dik A dibersihkan dulu, dirawat dulu. Setelah bersih dijanjikan akan dihidupkan lagi," bebernya.

Menurut Sugeng, selama menjalankan praktik dukun, dua tersangka tak meminta imbalan apapun pada M. Namun M sesekali membelikan dua tersangka pulsa.

"Tidak minta imbalan. Tapi kadang pak M membelikan pulsa kepada mereka. Kalau imbalan finansial enggak. Cuma ya kadang-kadang aja kalau ada rejeki ngasih," kata Sugeng.

Baca juga: Mengaku Dukun dan Gelar Ritual Mandi Sebelum Puasa, Kakek Cabuli Istri dan Anak Tetangga

Kamar didobrak oleh kepala desa

Ilustrasi pintu rumah. PIXABAY/PHOTOMIX-COMPANY Ilustrasi pintu rumah.
Sugeng, Kepala Desa Bejen mengatakan kasus tersebut terungkap setelah paman korban menanyakan keberadaan keponakannya yang jarang terlihat.

Saat itu M ayah korban selalu memberikan jawaban yang berbelit dan mengatakan jika A di rumah kakeknya.

"Setiap ditanya anakmu itu dimana kok gak pernah kelihatan? Pak Marsudi selalu jawab ada di rumah embahnya (kakeknya)," kata Sugeng, kepada Tribunjogja.com, Selasa (18/5/2021).

Hal yang sama juga ditanyakan oleh kakek korban. Namun M menjawab jika A sedang bermain atau mengaji.

Baca juga: Fakta 4 Petani Dibunuh Kelompok MIT, Pelaku Pimpinan Qatar dan Jenazah Ditemukan di Dua Lokasi Berbeda

"Setiap kali datang ke rumah mbahnya yang di Congkrang, mbah e selalu tanya A mana? Jawabnya A baru main mbah, A masih ngaji mbah," jelas Sugeng.

Namun semuanya terbongkar saat lebaran. Sang paman datang ke rumah kakek A di Desa Congkrang untuk menemui keponakannya.

Saat itu sang kakek terkejut dan mengatakan jika A sudah lama tak berkunjung.

Mereka kemudian curiga pada M. Saat ditanya, M mengaku jika A sedang berada di rumah Hariyono.

Baca juga: Wanita di Kamar Kos Berasap Tewas Dibunuh, Habis Bersetubuh Dijerat Kabel Cas

Singkat kata kakek korban meminta M untuk memanggil Hariyono. Saat itu, pria yang mengaku dukun itu bercerita jika A berada dalam kamar dengan kondisi tubuh ditutupi kain.

"Setelah ada negosiasi akhirnya kakek A ini disuruh lihat A di kamarnya. Begitu membuka pintu, kakeknya ini kaget dan gak percaya. Dia syok karena gak percaya jika yang di kamar itu adalah cucunya," jelas Sugeng.

Mengetahui hal tersebut, sang kakek langsung menghubungi Sugeng untuk meminta pemerintah desa memastikan kondisi A.

Baca juga: Mertua dan Menantu Ditemukan Tewas Penuh Luka Tusukan, Diduga Dibunuh

Pada Minggu (16/5/2021) malam Sugeng yang didampingi oleh kepala dusun, RT dan RW mendatangi rumah M.

Di sana Sugeng menanyakan kepada M terkait keberadaan A yang katanya disembunyikan di dalam kamar.

"Pertama gak mau ngaku. Bilangnya anaknya di rumah H. Saya gak sabar ya tak dobrak saja. Begitu buka pintu saya langsung syok melihat anak itu sudah meninggal," ungkapnya.

Saat itu juga Sugeng melapor ke Polsek Bajen agar pihak kepolisian segera menangani.

Baca juga: Pergoki Pencuri di Rumah, Cucu Mantan Bupati Tapin Dibunuh, Ini Kronologinya

"Dari kepolisian langsung menyuruh menangkap B dan H. Saya kerahkan pemuda untuk tangkap keduanya," jelas Sugeng.

Setelah diinterogasi oleh pihak Kepolisian, Sugeng mengatakan bahwa penyebab kematian itu didalangi oleh H.

"Dan penyebabnya ya karena A ini dimasukan ke bak mandi empat kali.

"Ibunya satu kali, bapaknya dua kali. Dan terakhir itu B satu kali melakukannya dan itu lama hingga menyebabkan A pingsan," beber Sugeng.

Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Kasus Ritual Usir Roh Jahat Berujung Maut di Temanggung, Dukun: Tenang Nanti Tak Hidupkan Lagi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

 Pencari Rongsok Tewas Tertimpa Tembok Rumah yang Terdampak Proyek Jalan Tol

Pencari Rongsok Tewas Tertimpa Tembok Rumah yang Terdampak Proyek Jalan Tol

Regional
Biaya Pengembangan Kampus Tembus Ratusan Juta, Mahasiswa Unnes Geruduk Rektorat

Biaya Pengembangan Kampus Tembus Ratusan Juta, Mahasiswa Unnes Geruduk Rektorat

Regional
Hakim Bebaskan Tersangka Kasus Mafia Tanah yang Ditangkap di Bandara Pangkalpinang

Hakim Bebaskan Tersangka Kasus Mafia Tanah yang Ditangkap di Bandara Pangkalpinang

Regional
Pilkada Semarang, PDI-P Buka Peluang Berkoalisi dengan Gerindra

Pilkada Semarang, PDI-P Buka Peluang Berkoalisi dengan Gerindra

Regional
Temukan Mayat Tanpa Identitas di Hutan Kateri Malaka

Temukan Mayat Tanpa Identitas di Hutan Kateri Malaka

Regional
Puluhan Balita Diduga Keracunan Usai Konsumsi Bubur PMT, Dinas PPKB Majene Beri Penjelasan

Puluhan Balita Diduga Keracunan Usai Konsumsi Bubur PMT, Dinas PPKB Majene Beri Penjelasan

Regional
Berdalih Berikan Edukasi, Ayah Perkosa Anak Kandung di Serang Banten

Berdalih Berikan Edukasi, Ayah Perkosa Anak Kandung di Serang Banten

Regional
20 Babi di Lembata Mati Mendadak dalam 2 Pekan Diduga Akibat ASF

20 Babi di Lembata Mati Mendadak dalam 2 Pekan Diduga Akibat ASF

Regional
Pj Bupati Tangerang: Kolaborasi dan Sinergi Jadi Kunci Layanan Terbaik bagi Masyarakat

Pj Bupati Tangerang: Kolaborasi dan Sinergi Jadi Kunci Layanan Terbaik bagi Masyarakat

Regional
Satu Pasien di Pelosok Manggarai Timur NTT Meninggal saat Ditandu Lewati Jalan Tanah ke Puskesmas

Satu Pasien di Pelosok Manggarai Timur NTT Meninggal saat Ditandu Lewati Jalan Tanah ke Puskesmas

Regional
Nekat Pulang dari RS demi Ikut UTBK di Unsoed, Nayla Kerjakan Soal dari Dalam Mobil

Nekat Pulang dari RS demi Ikut UTBK di Unsoed, Nayla Kerjakan Soal dari Dalam Mobil

Regional
Maju sebagai Cagub Jateng, Sudaryono Bakal Berkoalisi dengan Partai Pendukung Prabowo-Gibran

Maju sebagai Cagub Jateng, Sudaryono Bakal Berkoalisi dengan Partai Pendukung Prabowo-Gibran

Regional
4 Tahun Cabuli Anak Tirinya, Pria di Wonogiri Ditangkap Polisi

4 Tahun Cabuli Anak Tirinya, Pria di Wonogiri Ditangkap Polisi

Regional
Kronologi Pembunuhan Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali, Berawal dari Hubungan Sesama Jenis

Kronologi Pembunuhan Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali, Berawal dari Hubungan Sesama Jenis

Regional
Longsor di Sitinjau Lauik Putus Akses Padang-Solok, Lalin Macet Parah

Longsor di Sitinjau Lauik Putus Akses Padang-Solok, Lalin Macet Parah

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com