Dihadapkan situasi yang tidak terbayangkan itu, pada awal 2014, Wildan memutuskan kembali ke Indonesia dengan sikap ekstrim yang belum sepenuhnya berubah.
Baca juga: Sosok MK, Penjual Airgun ke Penyerang Mabes Polri, Mantan Napi Teroris yang Serahkan Diri ke Polisi
Dua tahun kemudian dia ditangkap Tim Densus 88, setelah sempat menikahi perempuan asal Indramayu, Jawa Barat, setahun sebelumnya.
Dia divonis bersalah karena terlibat organisasi teroris ISIS dan dihukum lima tahun penjara.
Di dalam penjara, Wildan semula menolak melakukan ikrar kesetiaan pada NKRI, karena dia mengaku "diancam keselamatannya oleh beberapa napi teroris ISIS".
Namun dia kemudian mengalami titik balik — melakukan ikrar setia kepada NKRI dan mengikuti program deradikalisasi — setelah mengetahui para pengancamnya itu disebutnya "akhlak dan sikapnya bertentangan jauh dengan apa yang diucapkannya."
Baca juga: Seorang Napi Teroris Bebas dari Lapas Porong, Pernah Suplai Bahan Peledak ke Poso
Akhirnya dia mendapatkan remisi dan hukumannya diubah menjadi tiga tahun sembilan bulan. Dia dibebaskan pada 2 Oktober 2019.
Dalam wawancara, Wildan menyebut peran orang tuanya yang "sangat luar biasa" saat dirinya berada di titik nol dalam kehidupannya — mendekam di balik terali besi.
"Tunjukkan dengan akhlak (berbuat baik), jangan balas dengan keburukan," Wildan mengutip ulang nasihat orang tuanya. Perkataan ini pula menguatkan dirinya untuk berubah.
Ketika diberi kesempatan untuk membagikan pengalamannya keluar dari jeratan gerakan ekstrim di berbagai acara diskusi, Wildan selalu menyisipkan pentingnya memelihara kedekatan dengan orang tua.
Baca juga: Seorang Napi Teroris Bebas dari Lapas Porong, Pernah Suplai Bahan Peledak ke Poso
Hal penting lainnya yang sering dia utarakan adalah menyadari pentingnya perdamaian. "Jadi selagi diberi nikmat perdamaian, kenapa kita harus berperang."
Wildan juga mengoreksi konsep 'jihad' yang dulu disebutnya identik dengan perang. Dia memahami jihad itu "banyak pintunya", di antaranya membantu fakir miskin dan anak-anak yatim yang terlantar.
"Apalagi di negara kita banyak fakir miskin," ungkapnya. Kini Wildan aktif membantu memasarkan produk makanan sebuah yayasan yatim piatu di Malang.
Baca juga: Berulang Tahun, Ganjar Dapat Kado Spesial dari Eks Napi Teroris, Isinya...
"Misalnya suka mengkafirkan sesama muslim. Saya pun dikafirkan juga."
"Mungkin itu yang memicu radikalisme yang begitu kuat karena kesalahan pemikiran seperti itu," kata Wildan.