CIREBON, KOMPAS.com – Sejumlah nelayan asal Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, melakukan perjalanan pulang kampung dari perairan Jakarta menggunakan perahu pada Sabtu (24/4/2021).
Mereka menghabiskan waktu satu hari satu malam di tengah laut bersama 20 kapal lainnya.
Hasan Basri menceritakan kisahnya kepada Kompas.com pada Jumat (30/4/2021).
Di sela aktivitasnya membersihkan perahu, Hasan merasa beruntung sampai dengan selamat.
Dalam perjalanan pulang kemarin, ia sempat menemui kendala angin kencang dan badai di beberapa titik.
Hasan yang menjadi nelayan yang dituakan sempat merekam proses perjalanan pulang kampungnya dari atas perahu.
Dia juga melakukan percakapan dengan rekannya di Cirebon, terkait perkiraan waktu dia dan rekan-rekan nelayan tiba di Cirebon.
“Resikonya besar. Satu menit satu jam badai datang. Kemarin sempat terkendala terkena, angin, hujan, dan banyak petir. Tapi, ya itulah jamuan nelayan sejak kecil,” kata Hasan kepada Kompas.com.
Hasan bersama rekan nelayan lainya pulang bersama-sama bagaikan konvoi. Mereka menempuh perjalanan pulang dari perairan Cilincing Jakarta ke kampung halaman di Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon. Perjalanan itu dia tempuh sekitar sehari semalam atau 1 x 24 jam.
Di tengah wawancara, Hasan menunjukkan video perjalanannya. Dalam satu perahu, dia hanya pulang bersama dua orang anak buah kapal (ABK), begitu pun nelayan-nelayan lainnya.
Tidak ada nelayan yang membawa anak istri, keluarga, dan lainnya.
Dia mengklarifikasi informasi salah satu media yang menayangkan berita kepulangannya pakai perahu, tetapi dengan foto nelayan yang berjumlah banyak, atau sampai penuh.
“Bukan. Itu, foto yang di media itu, (yang dalam satu perahu isi orangnya banyak-red), itu foto pesta laut. Bukan asli orang kita pulang dari Jakarta. Dari Jakarta, bawa ABK dua orang, tidak bawa barang, tidak bawa apa-apa,” terang Hasan.
Alasan pulang pakai perahu
Hasan mengungkapkan, dirinya bersama 20 nelayan dan sejumlah ABK terpaksa pulang kampung menggunakan perahu. Ini terjadi karena mereka sepi tangkapan yang mengakibatkan minimnya pendapatan.