Lalu, beberapa helikopter milik TNI AD jatuh di Papua, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Sulawesi Tengah yang menyebabkan belasan orang meninggal dunia.
Kemudian di TNI AL, beberapa kapal mengalami kecelakaan.
Baca juga: Angkat KRI Nanggala 402, SKK Migas Lakukan Kajian Teknis
Setelah melakukan revolusi anggaran, cara selanjutnya adalah dengan cara memanfaatkan posisi geopolitik Indonesia yang memiliki peran penting di kawasan - berada di antara dua samudera dan dua benua - seperti yang dilakukan presiden pertama RI, Soekarno.
"Bayangkan, setelah lima tahun merdeka, di era Bung Karno kita terkuat di bumi bagian selatan. Apakah kita ada uang? Tidak saat itu, tapi semua takut. Jangankan Australia, Amerika saja takut," kata Connie
Saat itu, Indonesia memiliki 12 kapal selam jenis Whiskey, puluhan kapal tempur, ratusan pesawat tempur dan alutsista lainnya.
Sedangkan saat ini, kekuatan militer Indonesia menempati posisi 16 dunia, tepat di bawah Pakistan dan di atas Arab Saudi. Sementara kekuatan terbesar dikuasai Amerika Serikat, lalu diikuti Rusia, China, dan India.
"Kuncinya di mana? Kemampuan memainkan geopolitik, posisi penting Indonesia menjadi nilai di saat itu Perang Dingin. Sekarang di tengah kebangkitan China, fokus Barat ke Asia Pasifik, seharusnya posisi tawar kita sangat besar untuk meningkatkan alutsista," kata Connie.
Baca juga: Belajar dari Tragedi KRI Nanggala-402
TNI Angkatan Laut sementara itu mengapresiasi empati yang ditunjukan masyarakat seperti dilakukan anak muda Masjid Jogokariyan dan pihak lain.
"Kami sangat surprise dengan empati yang diberikan berbagai lapisan masyarakat, lintas agama, lintas sektoral bahkan lintas negara, dari beberapa kelompok pelaut luar negeri juga mau menyumbangkan.
"Jadi kalau mau menyumbangkan itu, tidak mungkin TNI AL akan menerima karena menyalahi UU, yang kami garis bawahi empati ini sangat luar biasa dan sangat berterima kasih," kata Kadispenal Laksamana Pertama Julius Widjojono.
Baca juga: Sederet Fakta Terbaru Setelah Tenggelamnya KRI Nanggala-402...
Sementara itu, terkait dengan perlu dilakukannya penambahan anggaran dan peningkatan alutsista TNI AL, Julius menambahkan bahwa TNI AL menyerahkan keputusan tersebut kepada Kementerian Pertahanan dan Mabes TNI.
"Kami sudah ajukan kebutuhan mengacu pada grand strategi AL, keputusan ada di pihak atas, mau diberikan apa, seperti apa, kami siap melaksanakannya," kata Julius.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengaku, belum dilakukannya modernisasi alutsista dengan cepat dikarenakan pengadannya "cukup mahal" dan "keterpaksaan dan karena mengutamakan pembangunan kesejahteraan".
Kementeriannya, kata Prabowo, sudah menyusun rencana induk 25 tahun untuk membenahi urusan pertahanan.
"Tapi intinya memang, kita akan investasi lebih besar tanpa memengaruhi usaha pembangunan kesejahteraan. Kita sedang merumuskan pengelolaan pengadaan alutsista untuk lebih tertib, lebih efisien," kata Prabowo.
Seperti pada tahun 2020, dari sekitar Rp 117 triliun anggaran pertahanan, hampir 50 persennya atau sebesar Rp 53 triliun digunakan untuk belanja pegawai, dan sisanya sekitar Rp 30 triliun untuk belanja barang serta Rp 34 triliun untuk belanja modal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.