WONOGIRI, KOMPAS.com - Isu impor beras yang diembuskan pemerintah beberapa waktu lalu berdampak pada buruknya harga jual gabah petani di Indonesia.
Kondisi itu mengkhawatirkan bagi para petani yang saat ini panen padi raya di masa musim tanam pertama.
Berangkat dari kegelisahan para petani konvensional yang makin sulit bertahan hidup dengan bertani, sekelompok petani muda di Kabupaten Wonogiri membangun satu usaha bersama di bidang pertanian organik.
Sejak berdiri lima tahun lalu, Badan Milik Usaha Pertanian (BMUP) Pengayom Tani Sejagad Wonogiri sudah membina 1.500 petani organik.
Tak hanya itu, petani-petani muda juga mampu mengekspor dua kontainer atau 40 ton beras organik ke berbagai negara di tiga benua di dunia setiap bulannya.
“Setahun yang lalu kami perdana mengekspor beras organik di Amerika, Eropa, dan Jepang setelah kami mendapatkan sertifikat fair trade,” kata Direktur BUMP Pengayom Tani Sejagad, Guruh Sri Pamungkas, kepada Kompas.com, Kamis (1/4/2021).
Menurut Guruh, pendirian BUMP diinisiasi oleh Asosiasi Pertanian Organik Wono Agung (APOWW) dengan melibatkan gabungan kelompok tani tahun 2016.
APOWW sendiri berdiri sejak tahun 2009 dimotori oleh dua petani milenial, Hardiyan Kusama Djati (34) dan Hanjar Lukito Djati (31), yang berkonsentrasi pada pertanian organik.
Guruh mengatakan, kehadiran BUMP menjamin harga panen gabah yang didapatkan petani lebih tinggi dari pasaran. Pasalnya, selama ini petani bertanam, tetapi tidak ada jaminan pembeliannya.
“Meski harga gabah di lapangan hancur, tetapi di tempat kami tetap tinggi karena petani yang bermitra dengan kami dibina,” jelas Guruh.
Guruh menjelaskan, untuk mengantongi sertifikat fair trade atau perdagangan adil tidaklah gampang. Semua harus terbuka mulai harga gabah dari petani hingga tingkatan user-nya.
Untuk itu, penyerapan gabah petani binaan badan usahanya dijamin harga panennya lebih tinggi dibandingkan dengan petani konvensional.
Dengan demikian, konsumen sudah sadar kalau dia membeli beras dari BUMP maka akan menghidupi petani.
Guruh mengakui, pihaknya membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk membangun sistem pengelolaan BUMP yang mumpuni dan terpercaya. Setahun setelah berdiri, BUMP mendapatkan kepercayaan dari Pemkab Wonogiri untuk mengelola Sistem Resi Gudang.
Setahun kemudian, BUMP diberi amanah Pemkab Wonogiri untuk menjadi bagian pelaksanaan program BPNT hingga tahun 2020 juga terlibat dalam pelaksanaan penyaluran BPNT Covid-19.