Ekspedisi mmiliter dilakukan pada di 11 November 1902 dan mereka patroli tempat persembunyian Pocut Meurah Intan di Biheue.
Mengetahui hal tersebut Pocut Meurah Intan beraksi sendirian melawan rombongan patroli itu.
Karena terdesak, ia kemudian mencabut rencong di pinggan dan menyerang patroli seorang diri hingga ia mengalami banyak luka.
Pocut Di Biheue kemudian dibiarkan tergeletak bersimbah darah. Veltman sempat mengira perempuan Aceh tersebut akan mati.
Ia kagum dengan semangat Pocut Di Biheue sehingga melarang sersan yang hendak membunuh Pocut yang dalam keadaan tak berdaya.
Ia pun ditinggalkan dalam keadaan bersimbah darah. Namun dugaan Veltman yang mengira Pocut akan meninggal tak terbukti.
Baca juga: Dijuluki Guru Para Pahlawan, Syaikhona Kholil Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional
Perempuan perkasa tersebut masih selamat karena berhasil menyelamatkan diri walaupun mengalami banyak luka di kepala serta bahu.
Otot tumitnya juga putus sehingga ia harus diamputasi saat dirawat dalam tahanan kolonial
Veltman yang kagum dengan Pocut kemudian membawa dokter ke kediaman Pocut untuk merawat luka.
Meski begitu ia menolak bantuan tersebut walaupun terus dibujuk oleh Veltman. Akhirnya ia bersedia dirawat asalkan oleh tentara Belanda yang dari pribumi.
Kabar tentang Pocut diterima oleh Scheuer komandan militer Belanda. Ia pun menemui Pocut Di Biheue untuk menyampaikan rasa hormatnya.
Baca juga: Video Viral Foto Pahlawan di Uang Kertas Dibuat Parodi, Ini Kata BI
Pada tahun 1905, Pocut Di Biheue ditangkap di Kutaraja yang saat ini bernama Banda Aceh.
Ia bersama dua anaknya yakni Tuanku Nurdin dan Tuanku Budiman, dan saudaranya tuanku Ibrahim akhirnya diasingkan ke Blora.
Pengasingan ini atas Suat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda tanggal 6 Mei 1905 No.24, yang membuat perjuangan Pocut dan keluarganya usai.
Sementara satu anak Pocut, Tuanku Muhammad dibuang ke Tondano Sulawesi Utara pada 1900.
Baca juga: Mengenang Sosok Bung Hatta, dari Sepatu Bally hingga Tak Mau Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan