Menjelang Ramadan, warga Dusun Sorobayan, Desa Banyuurip, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, juga melangsungkan nyadran.
Acara ini diawali dengan ziarah dan kerja bakti membersihkan permakaman di dusun setempat.
Sehari setelahnya, warga berkumpul untuk memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa. Doa ditujukan kepada leluhur dusun maupun sanak keluarga yang telah tiada.
Dilansir dari pemberitaan Kompas.com, 11 April 2017, M. Sholeh selaku Kepala Desa Sorobayan menerangkan, salah satu yang ikut didoakan adalah leluhur setempat bernama Mbah Kyai Pulasara.
Baca juga: Nyadran, Doa Syukur dan Makan Ala Sorobayan di Atas Tikar
Selepas berdoa, warga kemudian menyantap makanan secara kembul bujono atau makan bersama-sama.
Sebelumnya, setiap warga telah membawa aneka macam makanan, seperti nasi gurih, gulai ingkung (ayam kampung), sambal goreng ati-ampela, perkedel kentang, hingga kue rempah.
Tradisi nyadran ini juga menjadi sarana untuk menjalin silaturahmi dan keakraban antartetangga dan antarwarga di dusun lain.
Soalnya, acara ini tak hanya dihadiri warga Sorobayan saja, melainkan juga dusun sekitar, antara lain Ngepos, Canguk, dan Banyuurip.
Kata Sholeh, dahulunya tradisi ini dilakukan di jalan setapak menuju makam.
Akan tetapi, karena saat ini jalan tersebut banyak ditumbuhi pohon bambu, acara dipindahkan ke jalan kampung supaya semua warga bisa mengikutinya.
Baca juga: Setahun Corona di Indonesia, Ini Sederet Tradisi yang Harus “Mengalah” terhadap Pandemi