Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Nyadran Jelang Ramadan, Saling Berbagi Sambil Merawat Silaturahmi

Kompas.com - 28/03/2021, 09:00 WIB
Reza Kurnia Darmawan

Editor

KOMPAS.com - Sekitar satu bulan jelang Ramadan, masyarakat Jawa di beberapa daerah menggelar nyadran.

Tradisi ini biasa diadakan pada bulan Ruwah (menurut kalender Jawa) atau Syakban (dalam penanggalan Hijriah).

Sebelum adanya pandemi Covid-19, prosesi ini dilakukan beramai-ramai oleh warga.

Acara ini tak sebatas berziarah ke makam leluhur, tetapi juga menjadi ajang berkumpul dan mempererat kebersamaan dengan anggota keluarga dan antarwarga.

Dalam nyadran, terkandung pula rasa saling berbagi antarsesama. 

Tradisi ini dimaknai juga sebagai ucapan syukur terhadap Tuhan atas segala berkat yang diberi. 

Baca juga: Tradisi Nyadran, Semakin Banyak Menjamu Tamu, Rezeki Dipercaya Kian Lancar

Tradisi nyadran di lereng Merapi-Merbabu

Warga membawa tenong saat sadranan di Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah, (24/5/2016).KOMPAS.COM/ M Wismabrata Warga membawa tenong saat sadranan di Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah, (24/5/2016).

Contohnya seperti warga di Dusun Tunggulsari, Desa Sukabumi, Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah.

Saat menjalani tradisi nyadran, para warga di lereng Gunung Merapi-Merbabu ini turut membawa tenong berisi makanan.

Makanan itu disantap usai prosesi doa bersama. Setiap yang hadir, dipersilakan mengambil makanan dari tenong yang tersedia.

Warga Tunggulsari percaya apabila makanan yang mereka sajikan di tenong habis disantap warga, rezeki akan lancar menghampiri.

"Kalau habis ya rezeki lancar, dari nenek moyang begitu," tutur salah satu warga, Warjo, dikutip dari pemberitaan Kompas.com, 25 Mei 2016.

Tradisi nyadran di Cepogo ini kemudian dilanjutkan dengan bersilaturahmi antartetangga.

Baca juga: Tradisi Surak, Berbagi Kebahagiaan dalam Kepingan Uang Receh

 

Tradisi nyadran di Dusun Sorobayan

Warga Dusun Sorobayan Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang menggelar tradisi Nyadran, Selasa (11/4/2017).Kompas.com/Ika Fitriana Warga Dusun Sorobayan Desa Banyuurip Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang menggelar tradisi Nyadran, Selasa (11/4/2017).

Menjelang Ramadan, warga Dusun Sorobayan, Desa Banyuurip, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, juga melangsungkan nyadran.

Acara ini diawali dengan ziarah dan kerja bakti membersihkan permakaman di dusun setempat.

Sehari setelahnya, warga berkumpul untuk memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa. Doa ditujukan kepada leluhur dusun maupun sanak keluarga yang telah tiada.

Dilansir dari pemberitaan Kompas.com, 11 April 2017, M. Sholeh selaku Kepala Desa Sorobayan menerangkan, salah satu yang ikut didoakan adalah leluhur setempat bernama Mbah Kyai Pulasara.

Baca juga: Nyadran, Doa Syukur dan Makan Ala Sorobayan di Atas Tikar

Selepas berdoa, warga kemudian menyantap makanan secara kembul bujono atau makan bersama-sama.

Sebelumnya, setiap warga telah membawa aneka macam makanan, seperti nasi gurih, gulai ingkung (ayam kampung), sambal goreng ati-ampela, perkedel kentang, hingga kue rempah.

Tradisi nyadran ini juga menjadi sarana untuk menjalin silaturahmi dan keakraban antartetangga dan antarwarga di dusun lain.

Soalnya, acara ini tak hanya dihadiri warga Sorobayan saja, melainkan juga dusun sekitar, antara lain Ngepos, Canguk, dan Banyuurip.

Kata Sholeh, dahulunya tradisi ini dilakukan di jalan setapak menuju makam.

Akan tetapi, karena saat ini jalan tersebut banyak ditumbuhi pohon bambu, acara dipindahkan ke jalan kampung supaya semua warga bisa mengikutinya.

Baca juga: Setahun Corona di Indonesia, Ini Sederet Tradisi yang Harus “Mengalah” terhadap Pandemi

 

Sejarah nyadran

Dusun Tritis punya daya tarik budaya, yakni: nyadran dan merti dusun sebelum memasuki bulan Ramadhan. Dalam tradisi budaya itu, warga menggelar tawasulan atau tahlilan di kaki Puncak Widosari. Awal Mei 2018 lalu, warga Tritis menggelar nyadran dan merti dusun ini.KOMPAS.com/DANI JULIUS ZEBUA Dusun Tritis punya daya tarik budaya, yakni: nyadran dan merti dusun sebelum memasuki bulan Ramadhan. Dalam tradisi budaya itu, warga menggelar tawasulan atau tahlilan di kaki Puncak Widosari. Awal Mei 2018 lalu, warga Tritis menggelar nyadran dan merti dusun ini.

Dalam jurnalnya, Tradisi Sambatan dan Nyadran di Dusun Suruhan, Choerul Anam yang mengutip penelitian Tri Handayani berjudul Tradisi Nyadran dan Perubahan Studi Kasus di Desa Daleman, Jurangjero, menuturkan bahwa nyadran erat kaitannya dengan tradisi Hindu-Buddha.

Dalam tradisi Hindu-Buddha terdapat tradisi serupa bernama craddha.

Sewaktu masuknya Islam pada abad ke-13 yang disebarkan oleh Wali Songo, para wali memasukkan unsur dakwah pada tradisi tersebut.

Baca juga: Asal-Usul Kebo Bule, Hewan Milik Keraton Surakarta yang Dianggap Keramat

 

Ini dimaksudkan supaya masyarakat lebih mudah menerima Islam, sekaligus agar tidak berbenturan dengan kepercayaan yang sudah lebih dulu ada.

Titi Mumfangati dalam Tradisi Ziarah Makam Leluhur pada Masyarakat Jawa menerangkan, tradisi craddha tidak dihilangkan oleh para wali, melainkan diselaraskan dengan ajaran Islam.

Jika dulunya craddha menggunakan puji-pujian, dalam nyadran hal tersebut diganti dengan membaca ayat Al-Qur’an, tahlil, dan doa.

Sedangkan bila dulunya memakai sesaji, wali mengadaptasinya menjadi makan bersama yang disebut selamatan atau kenduri.

Baca juga: Menilik Asal-usul Nama Kampung di Yogyakarta

 

Makna nyadran

Ratusan warga di Desa Kalongan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Jumat (13/4/2018) pagi, menggelar tradisi Sadranan. Kompas.com/ syahrul munir Ratusan warga di Desa Kalongan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Jumat (13/4/2018) pagi, menggelar tradisi Sadranan.

Dalam konteks sosio-kultural, nyadran menjadi media silaturahmi antarkeluarga dan masyarakat.

Clifford Geertz dalam bukunya, Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa, menyampaikan bahwa nyadran merupakan ekspresi dan ungkapan kesalehan sosial masyarakat, yang mana rasa gotong-royong, solidaritas, dan kebersamaan menjadi pola utamanya.

Baca juga: Sejarah Malioboro, Jalan yang Dihiasi Untaian Bunga

Sedangkan Budiono Herusatoto dalam buku Simbolisme dalam Masyarakat Jawa mengungkapkan, nyadran dapat dijadikan sebagai wahana dan medium mempersatukan masyarakat dan juga sarana membangun kerukunan antarsesama manusia.

Sumber: Kompas.com (Penulis: M. Wismabrata, Ika Fitriana | Editor: Farid Assifa, Caroline Damanik)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

'Bullying' Suporter Persib Bandung, 2 Warga Solo Ditangkap

"Bullying" Suporter Persib Bandung, 2 Warga Solo Ditangkap

Regional
50 Rumah Warga Terdampak Banjir Lahar Gunung Lewotobi NTT

50 Rumah Warga Terdampak Banjir Lahar Gunung Lewotobi NTT

Regional
Siap Gencarkan Sport Tourism, Specta Jateng Open Tennis Tournament 2024 Disambut Antusias

Siap Gencarkan Sport Tourism, Specta Jateng Open Tennis Tournament 2024 Disambut Antusias

Regional
Polisi Tangkap 14 Orang Geng Motor Pelaku Tawuran yang Tewaskan Pelajar SMA

Polisi Tangkap 14 Orang Geng Motor Pelaku Tawuran yang Tewaskan Pelajar SMA

Regional
Tawuran Geng Motor Tewaskan 1 Pelajar SMA, Dipicu Saling Tantang di Medsos

Tawuran Geng Motor Tewaskan 1 Pelajar SMA, Dipicu Saling Tantang di Medsos

Regional
Pembeli Timah Ilegal di Sungai Bangka Ditangkap, Total Ada 14 Tersangka

Pembeli Timah Ilegal di Sungai Bangka Ditangkap, Total Ada 14 Tersangka

Regional
Geng Motor Tawuran di Bandar Lampung, 1 Korban Siswa SMA Tewas

Geng Motor Tawuran di Bandar Lampung, 1 Korban Siswa SMA Tewas

Regional
Wilayah Terdampak Longsor dan Banjir Luwu Terisolasi, Pemprov Sulsel Salurkan Bantuan dengan Helikopter

Wilayah Terdampak Longsor dan Banjir Luwu Terisolasi, Pemprov Sulsel Salurkan Bantuan dengan Helikopter

Regional
Calon Independen di Pilkada Nagekeo Wajib Kantongi 11.973 Dukungan

Calon Independen di Pilkada Nagekeo Wajib Kantongi 11.973 Dukungan

Regional
Mahasiswa Unlam Hilang Saat Reboisasi di Hutan Kapuas Kalteng

Mahasiswa Unlam Hilang Saat Reboisasi di Hutan Kapuas Kalteng

Regional
Curug Putri Carita di Pandeglang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Curug Putri Carita di Pandeglang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Regional
ART di Sukabumi Tewas Diduga Dibunuh di Rumah Majikan, Pelaku Ditangkap Dalam Bus

ART di Sukabumi Tewas Diduga Dibunuh di Rumah Majikan, Pelaku Ditangkap Dalam Bus

Regional
115 Rumah Terdampak Banjir di Dua Nagari di Kabupaten Sijunjung

115 Rumah Terdampak Banjir di Dua Nagari di Kabupaten Sijunjung

Regional
Serang Polsek di Kalteng, 4 Pemuda Mabuk Ditangkap

Serang Polsek di Kalteng, 4 Pemuda Mabuk Ditangkap

Regional
Geng Motor Tawuran Dalam Permukiman di Bandar Lampung, Warga Sebut 1 Orang Tewas

Geng Motor Tawuran Dalam Permukiman di Bandar Lampung, Warga Sebut 1 Orang Tewas

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com