SALATIGA, KOMPAS.com - Berawal dari dirumahkan tempatnya bekerja di pabrik, Marjuki merintis usaha jual beli tanaman hias.
Tak hanya seorang diri, kini ada 32 orang di sekitarnya yang menjalankan bisnis tanaman ini.
Marjuki mengatakan, usaha jual beli tanaman hias ini baru dirintis sejak enam bulan lalu.
"Alhamdulillah, sekarang bisa membantu perekonomian keluarga. Anggota komunitas juga bisa terbantu karena kebanyakan kerja di pabrik atau petani, sehingga bisa dikatakan ini menjadi kampung tanaman hias," kata ketua Paguyuban Nobo Ngremboko, Rabu (10/3/2021) di kampung Nobo Tengah, Kelurahan Noborejo, Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga.
Baca juga: Buka Lapangan Kerja di Tengah Pandemi, Ustaz Ahmad Rintis Bisnis Ojek Online Pesantren
Dia mengatakan, tanaman hias mudah dibudidayakan karena tidak membutuhkan lahan yang luas.
"Selain itu, bisa juga menyelesaikan pekerjaan lain. Sehingga berdampak baik pada ekonomi," kata Marjuki.
Sementara Pembina Nobo Ngremboko Budi Santoso mengatakan meski jual beli sudah berlangsung, tapi saat ini fokus pada budidaya.
"Kalau pembeli selain dari sentra tanaman hias seperti Kopeng, Tawangmangu, dan Bandungan, ada juga dari Sulawesi, Pangkalan Bun, dan Batam," paparnya.
Baca juga: Di Masa Pandemi, Omzet Pengusaha Keramik Ini Malah Naik 12 Kali Lipat
Harga yang ditawarkan mulai Rp 10.000 hingga Rp 25 juta.
"Bunganya ada aglonema, jemani, syngonium, philodendron, keladi. Indukan didatangkan dari luar Jawa seperti Riau dan Jambi," kata Budi.
Menurut Budi, Kampung Tanaman Hias ini masih dalam fase berkembang karena dirintis baru enam bulan lalu.
"Saat ini memang belum banyak yang dijual karena sedang fokus untuk memerbanyak bunga-bunganya," terangnya.
Dia menilai, bisnis tanaman hias mudah dilakukan dan memberi banyak keuntungan asalkan pelakunya sabar.
Baca juga: Cerita Penjual Es Krim di Lampung, Kestabilan Pasokan Listrik Pengaruhi Omzet Penjualan
"Tanaman hias ini akan abadi, dari dulu sampai sekarang tetap produktif sehingga menjanjikan," ungkap Budi.
Dikatakan, bunga dihargai mahal karena beberapa faktor yakni penataan bunganya, karakter kasar atau halusnya bunga, kesehatan, dan prestasi saat mengikuti kontes.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.