Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cari Kelapa dan Sisa Padi, Cara Mbah Tuni dan Sang Ibu Bertahan untuk Makan

Kompas.com - 20/05/2020, 13:32 WIB
Defriatno Neke,
Khairina

Tim Redaksi

 

BAUBAU, KOMPAS.com – Dua orang wanita yang telah lanjut usia, Mbah Tuni (75) dan ibunya, Mbah Sarijem (101), hidup berdua dalam sebuah gubuk kecil milik orang lain di Kelurahan Liabuku, Kecamatan Bungi, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara. 

Walaupun usianya sudah tua, Mbah Tuni tidak patah semangat terus berjuang mencari uang untuk dapat makan berdua bersama ibunya. 

Setiap hari, ia harus keluar mencari buah kelapa tua yang sudah jatuh dan buah kelapa milik tetangganya kemudian di jual di pasar dan mendapat uang Rp 20 ribu. 

“Saya kalau ada orang kasih jualan, saya jualan di pasar, kalau tidak ada, saya cari kelapa. Kalau musim panen, saya kumpulkan padi, sisa-sisa gabah dari hasil panen orang. Yah, cukup atau tidak cukup, harus cukup,” kata Mbah Tuni, Selasa (19/5/2020). 

Baca juga: Kisah Pilu Bocah Penjual Jalangkote, Sering Dirundung Saat Jualan Bantu Orangtua Cari Nafkah

Mbah Tuni menambahkan, terkadang ia tidak punya uang sepersen pun bila dirinya tidak pergi ke pasar. 

“Makannya ya apa saja, kalau ada garam pakai lombok (cabai-red), ya itu saja. Kita jalani apa yang ada, kita syukuri,” ujarnya. 

Dahulu Mbah Tuni merupakan warga transmigan dari Jawa Timur yang ditempatkan di Kendari. 

Namun, tanahnya ia jual karena untuk berobat. Dia bersama keluarganya kemudian pindah di Kota Baubau di tahun 1994. 

Mbah Tuni memiliki empat orang anak dari suaminya yang kini telah meninggal dunia. Mbah Tuni juga memiliki 10 orang cucu dan dua orang cicit. 

Dari keempat anaknya tersebut, tiga orang anaknya merantau dan bekerja di daerah lain tanpa mengirimkan uang. 

Sementara anak sulungnya berada di Kota Baubau, senasib dengan dirinya. 

Di tengah pandemi corona, Mbah Tuni mengaku semakin kesulitan karena banyak warga yang tidak pergi ke pasar. 

Ia terkadang hanya mendapatkan Rp 15 ribu setiap hari. Uang tersebut ia belikan beras agar bisa makan bersama ibunya. 

“Saya bekerja untuk mama saya, jangan sampai dia kelaparan, itu saja,” ucap Mbah Tuni. 

Mbah Tuni berharap dalam bulan Ramadhan ini, keadaannya bisa berubah dan pandemi corona selesai sehingga aktivitasnya bisa berjalan seperti semula. 

Baca juga: Kisah Nenek Tunanetra Hidup Sendiri,Tak Bisa Makan, Tak Pernah Dapat Bantuan

Sementara itu, Lurah Liabuku Niko Laus Uling mengatakan, Sarijem dan Tuni mendapatkan bantuan dari pemerintah seperti program keluarga harapan (PKH) Lansia.

“Dapat bantuan setiap bulan dapat bantuan seperti telur dan beras. Baru-baru bantuan fakir miskin, dua lansia itu juga dapat bantuan, seperti beras 5 kilo dan uang Rp 100 ribu per orang,” kata Niko.

Namun, ia tidak mengetahui apakah Mbah Sarijem dan Mbah Tuni dapat bantuan langsung tunai (BLT) dari pemerintah.

“Saya tidak tahu apakah keduanya dapat bantuan (BLT), karena itu dari Dinas Sosial langsung yang bagikan bukan dari kelurahan,” ujarnya.

Niko menambahkan, Pemerintah Kelurahan Liabuku selalu memperhatikan nasib para lansia yang hidup di bawah garis kemiskinan dengan memberikan bantuan seperti duafa dan fakir miskin setiap tahunnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com