Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Curhat pada Jokowi Soal Satpol PP, Penjual Es Degan: Tenda dan Termos Saya Diambil

Kompas.com - 28/01/2020, 13:13 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com- Presiden Jokowi mengunjungi Gresik, Jawa Timur untuk membagikan 2.020 sertifikat tanah, Senin (27/1/2020).

Dalam kesempatan itu, seorang penjual es degan bernama Atikah menceritakan curahan hatinya (curhat) pada Jokowi mengenai perlakuan Satpol PP padanya.

Awalnya, Atikah yang merupakan warga Kelurahan Tambakwedi, Kecamatan Kenjeran, Surabaya diminta maju ke podium oleh presiden.

Dalam kesempatan itulah, ia menceritakan perlakuan oknum Satpol PP yang dianggapnya kurang adil.

Baca juga: Catatan 100 Hari Pertama Jokowi-Maruf Amin...

Atikah mengawali cerita dengan menjelaskan bahwa dirinya adalah seorang pedagang es degan yang berjualan di Suramadu.

Pada suatu hari, ia dimarahi oleh Satpol PP.

"Saya dimarahi agar tidak jualan di pinggir embong (jalan raya)," ungkap Atikah.

Namun tak berhenti sampai di situ, oknum Satpol PP tersebut mengambil tindakan.

"Kapan hari, maaf ya Pak, tenda saya diambil, termos saya juga diambil, terus pisau saya juga diambil, jadi saya harus beli lagi itu Pak," katanya.

Baca juga: 100 Hari Jokowi, Pemberantasan Korupsi dan Penegakan HAM Dinilai Tak Ada Tanda Positif

 

Ilustrasi pedagang kaki limaKOMPAS IMAGES / VITALIS YOGI TRISNA Ilustrasi pedagang kaki lima

Wejangan Jokowi

Presiden mendengar curhatan Atikah dengan seksama. Kemudian ia memberikan wejangan bagi para anggota Satpol PP agar lebih bijaksana ketika melaksanakan tugas.

"Saya pesan ini kepada Satpol PP, jangan suka mengambili barang-barangnya masyarakat," katanya.

Presiden tidak menyalahkan Satpol PP yang menegur agar warga berjualan dengan tertib. Namun, peringatan tidak boleh disertai sikap represif pada masyarakat.

"Ingatkan enggak apa-apa, tapi jangan diambil," kata dia.

Baca juga: Saat Jokowi Tertawa Mendengar Sertifikat Tanah Ingin Digadai untuk Jual Es Degan

Pengalaman memindahkan PKL

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat mendampingi Presiden Joko Widodo bersepeda di kawasan Semarang, Jawa Tengah, Senin (30/12/2019). (Foto: Sekretariat Kabinet)Sekretariat Kabinet Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat mendampingi Presiden Joko Widodo bersepeda di kawasan Semarang, Jawa Tengah, Senin (30/12/2019). (Foto: Sekretariat Kabinet)

Melansir pemberitaan Kompas.com tahun 2009, selama memimpin Solo, Jokowi menggunakan pendekatan terlebih dahulu sebelum menerapkan perubahan pada Pedagang Kaki Lima (PKL).

"Kami melakukan pendekatan dengan pedagang kaki lima selama tujuh bulan baru melakukan perubahan. Caranya dengan makan siang dan dialog," katanya kepada Kompas.com saat menjadi Wali Kota Solo.

Cara tersebut disebutnya selalu berhasil. Pemindahan PKL tidak perlu menggunakan kekerasan maupun alat berat seperti buldoser. Para pedagang bersedia pindah dengan sukarela.

Kemudian, lanjut Jokowi, pemindahan dilakukan dengan penuh rasa kehormatan. Tak jarang Prajurit Keraton Solo dilibatkan dalam kirab boyongan pindahnya pedagang agar mereka merasa bangga dan senang.

Beberapa pasar yang telah ditata ulang oleh Jokowi saat menjabat Wali Kota Solo adalah Pasar Klitikan Notoharjo, Pasar Nusukan, Pusat Jajanan Solo Galabo dan Pasar Ngarsapura.

Baca juga: Polri di 100 Hari Jokowi-Maruf: Isu Kekerasan hingga Ungkap Kasus Novel

Dikutip dari pemberitaan Kompas.com tahun 2012, Jokowi pernah bercerita mengenai teguran kerasnya pada anggota Satpol PP.

Pengalaman itu terjadi ketika Jokowi masih memimpin Kota Solo.

Jokowi membentak Satpol PP yang meminta anggaran untuk pentungan dan senjata api. Ia mengatakan, selama menjabat sebagai wali kota Solo, Satpol PP tidak diperkenankan menggunakan benda-benda tersebut untuk penertiban.

Jokowi meminta, peralatan seperti pentungan dan tameng harus dikumpulkan. "Tolong langsung saja masukkan ke dalam gudang. Selama saya jadi wali kota, jangan dibuka," kata Jokowi saat itu.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Hamzah Arfah, Kurnia Sari Aziza | Editor Abba Gabrillin, Ana Shofiana Syatiri)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com