Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Reaksi Caleg Pasca-Pemilu, Singgung Bantuan, Mandi Kembang, hingga Jalani Rukiah

Kompas.com - 24/04/2019, 12:10 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Marah, kecewa, sedih, dan berbagai emosi negatif lainnya kerap muncul saat seseorang baru saja mengalami kekalahan. Ini juga dirasakan para calon anggota legislatif yang merasa tidak mendapat cukup suara untuk duduk sebagai anggota dewan.

Emosi para caleg ini merupakan peristiwa yang kerap terjadi setelah pemilu usai. Mereka yang tidak terpilih dan merasa sudah mengeluarkan usaha dan modal yang tidak sedikit, kemudian melampiaskan amarahnya dengan berbagai cara.

Hal ini juga terjadi pada Pemilu 2019 yang pemungutan suaranya sudah dilaksanakan pada 17 April kemarin. Beberapa caleg diketahui mengalami guncangan emosi pasca-kekalahan yang mereka ketahui berdasarkan hasil penghitungan suara yang ada di lapangan.

Beberapa di antaranya ada yang menjalani ritual rukiah, mandi kembang, dan menyindir masyarakat di daerah pemilihannya.

Singgung warga

Tersinggung, warga bersama jamaah masjid di Kelurahan Tomolou, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara mengembalikan karpet bantuan caleg DPR RI Ahmah Hatari, Jumat (19/04/2019)KOMPAS.com/YAMIN ABD HASAN Tersinggung, warga bersama jamaah masjid di Kelurahan Tomolou, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara mengembalikan karpet bantuan caleg DPR RI Ahmah Hatari, Jumat (19/04/2019)
Kisah caleg gagal yang belum menerima kekalahannya terjadi di Kelurahan Tomolou, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara.

Cerita bermula saat caleg DPR RI dari Partai Nasdem, Ahmad Hatari, memberikan sambutan kepada jemaah usai melaksanakan shalat Jumat (19/4/2019).

Dalam sambutan itu, Hatari membahas bantuan yang sudah ia berikan selama masa kampanye. Namun, dia merasa tidak mendapat timbal balik yang sesuai dari masyarakatnya.

Ia yang tercatat masih aktif menjadi anggota DPR RI periode 2014-2019, hanya mendapatkan dukungan sebanyak 700 suara pada pemilu kali ini.

Pernyataan Hatari mengundang emosi jemaah. Mereka pun meminta Hatari untuk keluar dari masjid dan meninggalkan Kelurahan Tomolou.

Baca juga: Tersinggung soal Perolehan Suara, Warga Kembalikan Karpet dari Caleg

"Jemaah yang ikut shalat Jumat itu terbawa amarah yang tidak bisa dibendung lagi, mereka langsung berteriak Ahmad Hatari agar keluar dari masjid dan meninggalkan Kelurahan Tomalou, karena di tempat ibadah ini Ahmad Hatari menyinggung soal bantuan di Masjid Tomalou," kata salah seorang jamaah bernama Saiful.

Terpancing emosi, warga kemudian bergotong-royong mengeluarkan bantuan yang sebelumnya diberikan oleh Hatari, salah satunya berupa karpet masjid.

Karpet itu ditarik dari dalam masjid dan dikembalikan ke desa tempat Hatari berasal, yakni di Kelurahan Gurabati.

Mandi kembang

Salah satu caleg bernama Yayat Abdurrahman mendatangi Padepokan Anti Galau Yayasan Al Busthomi. Ia merasa pesimistis atas hasil usahanya menjadi DPRD Kabupaten Cirebon.

Dikutip dari Tribunnews.com, sesampainya di padepokan yang beralamat di Desa Sinarrancang, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon itu, Yayat menjalani ritual mandi kembang.

Ia mengaku, saat maju sebagai caleg kemarin, dirinya hanya bermodal keyakinan dan jaringan keluarga juga teman.

“Kemungkinan suara sih biasa-biasa saja, karena saya juga tidak menggunakan kekuatan yang kuat, hanya kepercayaan diri, keluarga, teman, dan sahabat,” kata Yayat seusai menjalani mandi kembang.

Menurut pemimpin padepokan Ustad Ujang Bushtomi, ia menggunakan mandi kembang sebagai media ketenangan bagi pasiennya.

Sembari memandikan pasiennya, Ujang membacakan ayat-ayat Al Quran dan meminta si pasien untuk berdzikir.

Dalam sebuah video yang ia bagikan melalui akun Twitter-nya, seorang pasien berteriak histeris saat air bunga yang sudah didoakan, disiramkan oleh Ujang ke sekujur tubuh pasiennya.

Seorang yang lain mencoba menenangkan si caleg dan memintanya untuk diam dan tidak melanjutkan teriakannya.

Tim sukses stres

Masih dari Padepokan Anti Galau di Cirebon, Jawa Barat. Ternyata tekanan batin tidak hanya menyerang para caleg gagal, namun juga tim suksesnya.

Hal ini dialami oleh seorang timses caleg DPRD Kabupaten Cirebon dari Partai Amanat Nasional (PAN).

Berdasarkan laporan kontributor Kompas TV di Cirebon, laki-laki bernama Mursyid ini mendatangi padepokan untuk menenangkan diri setelah ditagih suara oleh caleg yang merupakan adiknya sendiri.

Pada masa kampanye, sang adik menitipkan sejumlah uang dan telur untuk dibagi-bagikan pada warga sekitar. Dari uang dan telur itu, Khaerudin diminta untuk mendapatkan dukungan seperti yang telah ditargetkan, yakni sebanyak 3.000 suara.

Namun, pada saat hari pemungutan suara tiba, suara yang terhimpun hanya ada di angka 567 suara, kurang dari 25 persen target sang adik.

Mursyid pun bingung dan merasa gagal memenuhi keinginan sang adik untuk mendapatkan satu kursi DPRD di Kabupaten Cirebon.

Baca juga: Kisah Tim Sukses Caleg Gagal yang Depresi Ditagih Perolehan Suara

Setelah menceritakan masalahnya kepada ustad di padepokan tersebut, ia kemudian dibawa ke Waduk Setupatok sekitar pukul 19.30 WIB untuk dimandikan dan menjalani serangkaian ritual.

Menurut pimpinan Padepokan Anti Galau Ustad Ujang Bushtomi, Mursyid mengalami depresi karena tertekan hingga stres.

"Tim sukses juga mungkin sudah maksimal berkerja, tapi terus ditekan (caleg), bahkan meminta uangnya kembali. Tim sukses itu akhirnya stres seperti itu,” kata Ujang di lokasi.

Sumber: (Fatimah Yamin, Muhamad Syahri Romdhon, dan Fajar Anjungroso)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com