KOMPAS.com — Pengakuan seorang buron kasus pembegalan dan pembunuhan asal Palembang, Wahyu (23), menjadi topik populer di Kompas.com pada hari Sabtu (12/10/2018).
Selain itu, teguran Gubernur Edy Rahmayadi, saat kompleks kantor Gubernur Sumatera Utara tersebut tergenang banjir, juga menjadi sorotan pembaca.
Berikut ini 5 berita populer di hari kemarin yang harus Anda tahu.
Dua tahun lalu, Wahyu geram dan emosi saat melihat kekasihnya berselingkung dengan Edo.
Wahyu dan temannya, OG, lalu menghajar habis-habisan Edo hingga Edo meninggal dunia di kawasan Jalan Yusuf Singadekane, Kecamatan Kertapati, Palembang, pada Kamis 30 Juni 2016.
Tak hanya itu, Wahyu juga merampas sepeda motor dan telepon genggam korban. Setelah itu, keduanya kabur dari Palembang.
“Motor dan telepon selululernya kami ambil. Setelah itu lari ke Lampung. Saya kira polisi sudah lupa kasus itu, makanya kembali ke Palembang,” kata Wahyu di Polda Sumsel, Rabu (11/10/2018).
Baca berita selengkapnya: Ditangkap Saat Pulang Kampung, Buronan Ini Bilang "Saya Kira Polisi Sudah Lupa
Forecaster Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hang Nadim Batam, Addini, mengatakan, fenomena penampakan matahari kembar empat merupakan hal biasa.
Menurutnya, fenomena tersebut terjadi karena adanya pantulan dari sinar matahari yang menerobos awan yang mengandung kristal es atau lebih dikenal awan sirus.
"Jadi matahari tidak bertambah dan tetap satu. Hanya saja awan sirus tadi yang memantulkan cahaya sehingga matahari tersebut terlihat kembar," kata Addini, Jumat (12/10/2018).
Fenomena alam tersebut sempat warga heboh dan menganggap fenomena tersebut merupakan "pesan" dari sang Khalik.
Baca berita selengkapnya: BMKG Jelaskan Penyebab Penampakan Matahari Kembar 4 di Batam
Kisah heroik lima jurnalis TV saat tsunami menerjang Pelabuhan Pantoloan sudah tersebar luas di kalangan masyarakat Donggala, Sigi, dan Palu.
Mereka adalah Abdy Mari (tvOne), Ody Rahman (NET.), Rolis Muhlis (Kompas TV), Jemmy Hendrik (Radar TV), dan Ary Al-Abassy (TVRI).
Para jurnalis tersebut, pada hari Jumat (28/9/2018), sekitar pukul 15.00 WITA, turun dari Kota Palu menuju Kecamatan Sirenja di Kabupaten Donggala untuk meliput dampak gempa M 5,9 yang terjadi satu jam sebelumnya.
Saat tsunami hendak menerjang mereka dan ribuan warga, para jurnalis tersebut sempat menolong 17 warga untuk menyelamatkan diri dari tsunami.
"Kami lihat banyak orang lari ke sana kemari. Kami buka pintu dan menarik beberapa orang masuk. Sampai tak ada lagi yang bisa masuk. Ibu-ibu, nenek-nenek, anak-anak, semua histeris dan menangis di dalam mobil yang sesak. Ketakutan dan tercekam," sambung Abdy.
Baca berita selengkapnya: Penghargaan untuk Lima Jurnalis Heroik Peliput Gempa Palu
Saat berkunjung di Kabupaten Bantul, DIY, Sandiaga Uno sempat mengatakan tentang bagaimana seharusnya pemimpin daerah tidak turut campur urusan pilpres, namun fokus ke kerja melayani masyarakat.
Hal itu, menurut Sandiaga, menjadi pembeda dengan kubu Jokowi-Ma'ruf.
"Karena pilpres berpotensi memecah belah rakyatnya sendiri, jadi ini yang menjadi diferensiasi kita," ujarnya.
"Yang membedakan kita dari tim pak Presiden Jokowi, dan Kyai Ma'ruf adalah kita tidak menginginkan kepala daerah yang ada didalam kubu Prabowo-Sandi ikut mengurusi pilpres akhirnya menyita waktu mereka layanan publik layanan kepada masyarakat," katanya.
Baca berita selengkapnya: Sandiaga: Pilpres Berpotensi Memecah-belah Rakyatnya Sendiri
Saat itu, genangan air di sebelah kiri Gedung Kantor Gubernur mengalir deras menuju basement.
Akibatnya, air di areal parkir ini tergenang setinggi paha. Pegawai negeri sipil (PNS) yang memarkirkan mobil terlihat sibuk mengeluarkan kendaraannya.
Edy pun segera memanggil Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) Cipta Karya dan Tata Ruang Pemprov Sumut Lukmanul Hakim.
Kebetulan saat itu, Lukmanul Hakim baru saja menunaikan shalat di Masjid Agung. Dia terlihat tergesa-gesa dengan kondisi celana yang terlipat hingga betis lalu menghadap Edy.
"Ini sudah menyengsarakan rakyat. Wajar enggak Anda saya tegur?" kata Edy.
Edy kemudian meminta tanggapan wartawan atas tindakannya menegur Lukmanul Hakim.
Baca berita selengkapnya: Cerita Gubernur Sumut Edy Rahmayadi Tegur Kepala Dinas Saat Banjir di Dekat Kantor Gubernur
Sumber: KOMPAS.com (Caroline Damanik, Jodhi Yudono, Hadi Maulana, Markus Yuwono, Aji YK Putra)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.