Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

15 Tahun Bom Bali, Wina dan Dinda Tak Pernah Ingat Wajah Ayah Ibunya

Kompas.com - 13/10/2017, 12:47 WIB

MANGUPURA, KOMPAS.com - Luka fisik para korban Bom Bali yang terjadi 15 tahun lalu kini telah mengering, namun batinnya masih perih.

"Halo bapak, ini Wina. Halo mama, ini Dinda. Kami percaya kalian melihat dan mendengar kami dan isi hati kami..." demikian Kadek Wina Pawani dan Raden Roro Lidia Louidinda Diah Puspita bersama-sama membacakan surat rindu mereka.

Suara mereka terdengar bergetar di Monumen Ground Zero, Legian, Kuta, Kamis (12/10/2017).

Wina kehilangan ayahnya, (alm) I Ketut Sumerawat dalam tragedi yang mengguncang tak hanya Bali, tetapi juga dunia internasional ini. Sementara itu, Dinda terpisah selamanya dengan sang ibu, alm Lilis Puspita. Kedua orangtua mereka adalah korban tragedi Bom Bali I.

Hingga kini Wina mengaku tidak mampu mengingat dengan baik wajah ayahnya. Begitu pula Dinda. Dia hanya bisa mengenal sosok ibunya dari cerita orang lain. Ketika tragedi terjadi, usia mereka masih anak-kanak.

"Meskipun sosok bapak ada dalam ingatan, tetapi mengingat wajahnya adalah sesuatu yang sulit," ujar Wina.

(Baca juga: Mantan Teroris Tobat Setelah Berinteraksi dengan Korban Bom Bali)

Peringatan 15 tahun tragedi Bom Bali juga dimaknai dengan peluncuran buku 'Luka Bom Bali: Kisah Nyata dari Kejadian Bom di Bali'.

Koordinator tim penulis, Thiolina F Marpaung, mengungkapkan penggarapan buku setebal 382 halaman ini dilakukan selama 1 tahun. Di dalamnya memuat 15 kisah para korban Bom Bali I dan Bom Bali II.

Penulisan buku ini rencananya akan tetap berlanjut hingga tahun-tahun berikutnya. Pada tahun 2016 lalu mereka menerbitkan buku 'Janda-janda Korban Terorisme di Bali'.

Perempuan yang juga korban ledakan bom di Paddy's Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian, Kuta ini mengatakan tahun depan akan membuat buku dari sudut pandang anak-anak korban Bom Bali.

"Ini adalah upaya kami untuk mendokumentasikan peristiwa Bom Bali. Semoga pemerintah juga tidak lupa dengan kami sebagai korban. Meskipun lukanya yang dulu sudah kering, tapi luka batinnya masih ada," ujar Thiolina yang juga sekretaris Yayasan Isana Dewata.

(Baca juga: Cerita Lengkap Kapolsek Rochana Saat Menyamar Jadi PSK)

Tragedi Bom Bali juga mengundang simpati warga dunia. Sejak Kamis pagi, Monumen Ground Zero Kuta ramai didatangi wisatawan mancanegara maupun domestik. Mereka membawa karangan bunga, juga memanjatkan doa.

Bobby Bajwa, wisatawan asal Perth, Australia, meskipun tidak memiliki kerabat yang menjadi korban, namun ia merasa turut terpukul dengan kejadian itu.

"Banyak warga Australia yang jadi korban saat itu. Tetapi, saya yakin semua orang mengutuk ulah para teroris," ujar Bobby.

Hal serupa disampaikan Dicky Candra, warga Jakarta yang tengah berlibur di Bali.

"Saya berdoa agar kejadian ini tidak terulang," ujar Dicky bersama istri dan anaknya.

Gubernur Bali, Made Mangku Pastika mengatakan peristiwa Bom Bali melukai rasa kemanusiaan. Tidak hanya bagi para korban, melainkan juga duka bagi seluruh dunianya kemanusiaan. Menurut dia, sikap untuk berdamai harus ditanamkan mulai dari diri sendiri.

Perjalanan hidup Pastika bertautan dengan peristiwa bom Bali I. Saat itu, dia menjadi Ketua Tim Investigasi Pengungkapan Pelaku Bom Bali. Dari sana pula, nama Pastika mulai meroket.

"Tragedi ini harus tetap diingat, tetapi tidak menumbuhkan dendam di antara kita," ujar Pastika dalam sambutannya.

"Kedamaian dan perdamaian bukan sesuatu yang jatuh dari langit begitu saja, tapi harus ada upaya dari kita sendiri untuk menciptakan itu," kata Pastika Acara juga dihadiri Konsul Jenderal Negara Asing, Wakil Ketua DPRD Bali, Danrem, Ketua FKUB Bali, Wakil Bupati Badung dan anggota Forum Komunikasi Pimpinan Daerah lainnya.

Berita ini telah tayang di Tribunnews.com, Jumat (13/10/2017), dengan judul: Peringatan 15 Tahun Tragedi Bom Bali: Wina dan Dinda Tak Mampu Mengingat Wajah Ayah Bundanya

 

 

 

 

Kompas TV Hari ini tepat 15 tahun lalu terjadi peristiwa serangan bom Bali 1 di Legian Kuta, Bali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com