Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita TKI Harus Diamputasi Kakinya karena Terlindas Mesin di Taiwan

Kompas.com - 05/05/2017, 06:30 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho

Penulis

GROBOGAN, KOMPAS.com - Zudi Prasetyo (28), seorang tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Dusun Goledok, Desa Sindurejo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, dilaporkan mengalami kecelakaan kerja di Taiwan hingga kaki kanannya harus diamputasi.

Zudi yang bekerja di sebuah usaha industri kertas PT Yuen Foong Yu di Taiwan ini kini tengah menjalani perawatan intensif di rumah sakit di wilayah Kota Linkou, Taiwan.

Kabar itu sontak membuat keluarga Zudi di kampung halamannya menjadi syok berat. Kedua orangtuanya mengaku terguncang begitu mendapat informasi via telepon dari pihak perusahaan tempat Zudi bekerja.

"Tiba-tiba ada telepon masuk di handphone yang mengabarkan jika Zudi harus diamputasi. Kami pun langsung dimintai persetujuan agar kaki Zudi diamputasi kaki kanannya," tutur Ibunda Zudi, Siti Nurhayati (46), sambil terisak di rumahnya, Kamis (4/5/2017).

Siti mengatakan, kabar tersebut diterima keluarga pada Senin (3/4/2017) sekitar pukul 07.00 WIB. Saat itu, Siti hendak pergi beraktivitas ke sawah.

"Semalaman saya tak bisa tidur dan cemas. Ternyata ini firasat. Katanya kaki kanan Zudi terlindas mesin pres kertas. Karena syarafnya sudah rusak maka harus diamputasi di atas lutut," tutur Siti.

(Baca juga: Hamil 8 Bulan, TKI Korban "Trafficking" Ini Berharap Bisa Melahirkan Didampingi Suaminya)

Dia menjelaskan, akhir-akhir ini, dirinya selalu dirundung perasaan khawatir perihal bagaimanakah perkembangan kondisi kesehatan Zudi.

Siti menyesal tidak bisa berada di sisi Zudi yang tentunya membutuhkan pelukan hangat keluarga.

"Sakno kowe le (kasihan kamu nak). Emak pengen ngancani kowe ning rumah sakit, tapi piye neh biayane larang (Ibu ingin menemani kamu di rumah sakit, tapi bagaimana lagi biayanya mahal)," kata Siti.

Siti bercerita, Zudi adalah anak pertama dari lima bersaudara hasil pernikahannya dengan Jayus (52). Sejak kecil, Zudi tak pernah neko-neko.

Zudi menyadari bahwa dia hidup dalam lingkungan keluarga dengan kondisi perekonomian yang serba kekurangan. Sang ayah bekerja sebagai kuli bangunan, sedangkan ibundanya adalah petani.

Setelah lulus dari Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Purwodadi, Zudi memutuskan untuk merantau ke Jakarta. Hingga kemudian dia berkeinginan kuat untuk mengubah strata hidupnya hingga memutuskan untuk menjadi TKI.

"Awal mula kerja di bengkel di Jakarta, terus jadi kuli di Malaysia dan selanjutnya 3 tahun kerja di Taiwan. Setelah selesai kontrak kerja di Taiwan, Zudi delapan bulan berada di rumah. Selanjutnya Zudi bekerja lagi ke Taiwan pada awal 2016," ungkap Siti.

Selama ini, pria lajang itu adalah tulang punggung keluarga. Dia dikenal sebagai anak yang ringan tangan demi menyokong perekonomian keluarga, termasuk membantu membiayai sekolah keempat adiknya.

"Setiap bulan transfer uang. Untuk kebutuhan hidup dan biaya sekolah adik-adiknya," kata Siti.

Siti berharap, Zudi kembali pulang setelah sehat nanti. Selain itu, sang ibu berharap agar hak-hak yang seharusnya menjadi milik Zudi dipenuhi.

"Zudi itu pekerja keras. Bahkan dia sempat telepon dan ngotot akan kembali bekerja setelah sembuh. Tapi saya berharap dia pulang saja. Apalagi pihak perusahaan berjanji akan membayar gaji hingga akhir kontrak kerja. Aku kangen kowe, Le (kangen kamu, Nak)," tutur Siti.

"Mak raksah khawatir (Ibu tidak usah cemas). Aku meh kerjo neh yen wis mari (aku mau kerja lagi jika sudah sembuh). Kontrakku kan 3 tahun, aku emoh mangan gaji buta (kontrak kerjaku kan 3 tahun, aku tak mau makan gaji buta)," tutur Siti menirukan perkataan Zudi.

Sementara itu, ayah Zudi, Jayus, menambahkan, saat ini dirinya tengah mengurus proses administrasi untuk terbang ke Taiwan menjenguk Zudi.

"Masalah ongkos ditanggung pihak perusahaan Zudi. Pesan tiketnya tanggal 12 Mei. Ini masih mengurus visa dan paspor. Saya terus berdoa Zudi baik-baik saja. Zudi masih dirawat," pungkas Jayus.

 

Kompas TV Derita dialami Rizal Syah, Tenaga Kerja Indonesia, asal Desa Blambangan, Kecamatan Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com