Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Cerita pada Hari Kartini: dari "Baper" hingga "Fashion Show" di Bandara

Kompas.com - 22/04/2017, 06:00 WIB
Ahmad Faisol,
Rahmat Rahman Patty,
Sigiranus Marutho Bere,
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati,
Ari Himawan Sarono

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Setiap tahun, Hari Kartini diperingati pada 21 April. Macam-macam rupa peringatannya, kadang hanya berupa seremonial. Biasanya, dalam bentuk karnaval untuk anak-anak atau bagi-bagi bunga dan hadiah untuk para perempuan.

Setiap daerah juga memiliki kebiasaan yang memang unik setiap tahun, tetapi ada juga yang setiap tahun berusaha mencari aktivitas unik nan tidak biasa. Namun, selalu ada alasan di balik seremoni yang digelar.

Berikut ini 5 cerita seremonial peringatan Hari Kartini dari lima daerah dalam rangka peringatan Hari Kartini, Jumat (21/4/2017), yang dirangkum Kompas.com:

 

1. Jam masuk kerja PNS dimundurkan

Ahmad Faisol PNS Kabupaten Probolinggo sebagian besar mengenakan pakaian adat dan kebaya saat mengikuti upacara Hari Kartini. jam kerja mereka dimundurkan agar keluarga dan karir seimbang.
Walaupun cuma setengah jam, Pemerintah Kabupaten Probolinggo memberikan kado memundurkan jam masuk kerja. Biasanya, para PNS masuk pada jam 07.00 WIB, khusus hari ini boleh masuk pukul 07.30 WIB.

Bupati Puput Tantriana Sari mengatakan bahwa dirinya mengambil kebijakan itu agar PNS pria bisa lebih punya waktu untuk sarapan dan mengantarkan anaknya ke sekolah.

“Untuk PNS wanita, dia punya banyak waktu untuk menunaikan tugasnya sebagai seorang ibu dan istri. Memasak, memandikan anak, dan membuatkan sarapan untuk keluarga. Menjadi istri solehah itu wajib dan didahulukan. Baru setelah itu bisa berkarier di luar rumah,” ucapnya saat menjadi inspektur upacara Hari Kartini di halaman Kantor Bupati, Jumat (21/4/2017),

Namun demikian, meski jam kerja mundur, ternyata jam istirahat kerja jadi dipangkas hanya menjadi 15 menit. Mereka lalu diperbolehkan pulang pada pukul 16.00 WIB.

Selain itu, jam masuk ini hanya khusus untuk mereka yang bekerja di SKPD atau PNS struktural. Kado ini tidak berlaku untuk bapak/ibu guru atau PNS fungsional.

 

2. Kartini "Baper"

Dok Humas Res Pemalang Sejumlah Polwan Polres Pemalang, Jawa Tengah, membagikan souvenir kepada pengendara sepeda motor yang melintas memperingati Hari Kartini, Jumat (21/4/2017).
Di Pemalang, 20 Polwan membagi-bagikan suvenir kepada pengendara motor dan mobil yang melintas di sejumlah di jalan di Kota Pemalang dalam rangka Hari Kartini.

Para polwan yang mengenakan kebaya membagikan suvenir.

“Temanya Kartini Modern itu Baper, yang artinya bawa perubahan, yaitu wanita Indonesia tetap memberikan perubahan untuk negeri,” kata Kasubbag Humas Polres Pemalang, AKP Lies, Jumat (21/4/2017).

Selain membagikan suvenir, para polwan juga membagikan ratusan nasi bungkus kepada para tukang becak.

Lies berharap, kegiatan tersebut semakin mendekatkan Polwan dengan masyarakat.

“Rencananya, kegiatan serupa akan terus dilakukan secara rutin tidak hanya di Hari Kartini saja, tetapi di banyak peringatan seperti Hari Bhayangkara, Hari Ibu serta beberapa operasi, seperti simpatik dan Zebra,” tutur Lies.

 

(Baca juga: Kartini Asal Bali Ini Jadi Buruh Bangunan Demi Keluarga)

 

3. Para perawat pun berkebaya

Dokumen Willy Sejumlah perawat di Rumah Sakit (RS) WZ Johannes Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), berkebaya sambil merawat pasien yang sakit
Sejumlah perawat di RS WZ Johannes Kupang, NTT, berkebaya sambil merawat pasien yang sakit. Maria Theresia Roseni, Juru Bicara RSU WZ Johannes Kupang, mengatakan, ada 500 perawat yang mengenakan kebaya dari total 1.300 perawat di rumah sakit milik pemprov itu.

“Kami semua tentunya tidak melupakan jasa RA Kartini yang telah memperjuangkan kesamaan hak dan martabat atau emansipasi antara perempuan dan laki-laki sehingga derajatnya sama,” kata Maria.

Menurut Maria, perawat yang tampil beda dengan kebaya bisa menghibur para pasiennya. Tahun lalu, mereka juga sudah mencobanya.

“Aura Kartini keluar dari para perawat yang mengenakan kebaya dan rok dengan bahan dasar tenun ikat motif NTT. Penampilan seperti itu membuat pasien terhibur. Mereka juga terharu serta senang dan ini tentunya sangat membantu dalam proses penyembuhan penyakit para pasien di sini," ucap Maria.

Antonia, seorang keluarga Pasien, mengaku senang melihat para perawat tampil berkebaya karena terlihat lebih feminin dan cantik.

“Kalau bisa perawat dan dokter perempuan serta pekerja perempuan juga wajib mengenakan seragam kebaya satu kali dalam seminggu atau satu kali dalam sebulan. Hal itu tentu akan menghibur para pasien maupun pengunjung,” tutupnya.

 

4. "Fashion show" kebaya di bandara

KOMPAS.COM/Ira Rachmawati Fashion show Festival Kebaya di Bandara Blimbingsari Banyuwangi Jumat (21/4/2017)
Puluhan model menggunakan kebaya berlenggak-lenggok di Bandara Blimbingsari Banyuwangi. Acara tersebut merupakan bagian dari Festival Kebaya yang baru pertama kali diadakan di Indonesia dan bertepatan dengan Hari Kartini.

"Fashion show kebaya ini baru pertama kali di Banyuwangi dan juga di Indonesia. Dan momennya hari ini bertepatan dengan hari Kartini. Selain itu juga mengenalkan bandara Bimbingsari yang mempunyai konsep green airport," ungkap Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

Sufi Aisyani (16), salah satu peserta fashion show, mengaku butuh waktu kurang dari satu bulan menyelesaikan kebaya model kasual miliknya. Dibantu ibunya, Sufi menggabungkan dua lembar batik Banyuwangi hingga menjadi satu busana cantik.

"Untuk baju ini saya habis uang sekitar Rp 350.000 dan batiknya ambil dari Batik Nuza. Minimalis karena memang kasual beda kalo temanya pesta pasti pengeluarannya lebih banyak," ungkap Sufi.

 

5. Polwan pakai batik

Kontributor Ambon, Rahmat Rahman Patty Polwan di Polsek Sirimau Kota Ambon kompak mengenakan busana motif batik di Hari Kartini, Jumat (21/4/2017)
Para polwan di Ambon tampil beda. Pada hari Jumat sekaligus Hari Kartini itu, mereka mengenakan batik saat bertugas, misalnya di kantor Polsek Sirimau yang berada di perempatan tugu Gong Perdamaian Dunia.

“Selain untuk menghargai perjuangan Kartini, kami juga ingin menunjukkan sisi lain dari Polwan bahwa Polwan itu adalah sahabat masyarakat,” kata Kapolsek Sirimau AKP Meity Jacobus, Jumat (21/4/2017).

Dia menuturkan, dengan mengenakan busana batik, masyarakat akan lebih nyaman dan tidak canggung saat berinteraksi dengan Polwan.

“Ini juga sebagai motivasi dan spirit bagi kami untuk bekerja lebih baik lagi seperti apa yang telah diperjuangkan oleh RA Kartini,” ujarnya.

 

(Baca juga: Demi Anaknya Bisa Sekolah, Ibu Ini Terus Mengayun Martil...)

 

 

Kompas TV Selalu ada pejuang di tengah-tengah kita. Seperti aktivis pendidikan yang satu ini, Saur Marlina Manurung, yang lebih dikenal dengan nama Butet Manurung.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com