Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekber PPA DIY: Mapala Bukanlah Pembunuh

Kompas.com - 27/01/2017, 22:29 WIB
Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Merespons dinamika yang terjadi tentang kepecintaalaman, Sekretariat Bersama Perhimpunan Pecinta Alam (Sekber PPA) DIY mengajak agar pecinta alam selalu memegang teguh kode etik pencinta alam Indonesia dalam setiap kegiatan.

Sekretariat Bersama PPA DIY juga menghargai proses hukum yang sedang berlangsung terkait The Great Camping XXXVII sesuai dengan peraturan undang-undang yang berlaku.

Di dalam pernyataan sikap yang dibacakan oleh Koordinator Gunung Hutan Sekber PPA DIY, Dimas Satria, Sekber PPA menyampaikan rasa duka cita yang sedalam-dalamnya kepada keluarga almarhum Muhammad Fadhli, Syaits Asyam, Ilham Nurfadmi Listia Adi dan Keluarga Besar Mapala Unisi Yogyakarta serta seluruh pecinta alam seluruh Indonesia.

"Mendoakan seluruh peserta dan panitia The Great Camping XXXVII Mapala Unisi Yogyakarta serta Pecinta Alam Indonesia agar diberikan keselamatan serta lindungan dari Tuhan Yang Maha Kuasa," ujar Dimas Satria, Jumat (27/01/2017).

Sekber PPA DIY juga mendukung sepenuhnya proses evaluasi internal Mapala Unisi Yogyakarta serta menghargai seluruh proses hukum yang sedang berlangsung terkait The Great Camping XXXVII sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

"Mengajak seluruh pecinta alam di Indonesia untuk selalu memegang teguh kode etik pecinta alam Indonesia dalam setiap kegiatan," tandasnya.

Kornet, nama lapangan Dimas Satria, menyampaikan bahwa Sekber PPA DIY mendukung sepenuhnya sistem pendidikan kepecintaalaman yang memperhatikan nilai-nilai dasar prinsip dan tujuan pendidikan yang terintegrasi dengan nilai-nilai hak asasi manusia.

"Mengajak seluruh pecinta alam di Indonesia untuk selalu menerapkan prosedur keamanan dan keselamatan dalam setiap aktivitasnya," kata Dimas.

Sekber PPA DIY juga memfasilitasi Organisasi Pecinta Alam (OPA) di DIY yang hendak melakukan evaluasi atau mengkaji ulang sistem pendidikan kepecintaalaman dengan menghormati prinsip otonomi masing-masing OPA.

Setelah membacakan pernyataan sikap, Dimas menjelaskan bahwa masing-masing Organisasi Pecinta Alam (OPA) memiliki otonomi masing-masing dalam sistem pendidikan maupun SOP. Namun tentunya tetap berpedoman pada kode etik Pecinta Alam Indonesia.

"Kita tidak bakal main kekerasan fisik. Kita selalu mendukung bahwa Mapala bukanlah pembunuh," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com