Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

14 Jam Bertarung di Laut Seram

Kompas.com - 17/01/2017, 15:27 WIB
Frans Pati Herin

Penulis

Nelayan lokal ditembak

Berdasarkan data Komisi Nasional Pengkajian Sumber Daya Ikan yang diambil dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, potensi ikan di Laut Seram dan sekitarnya 631.704 ton per tahun. Adapun potensi ikan di perairan Maluku sekitar 3,03 juta ton per tahun atau 30,76 persen dari potensi nasional.

Berkah itu kadang berubah jadi persaingan tak sehat, tentu dengan pelaku utama adalah nelayan asing atau mafia ikan dalam negeri. Edi Riri, tokoh masyarakat yang juga mantan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Seram Bagian Barat, menuturkan, pernah ada nelayan lokal ditembak mati nelayan asing di Laut Seram.

Bahkan, di bagian selatan Maluku Utara, pernah ada anggota polisi yang dibunuh ketika hendak menangkap nelayan Filipina. Edi bertugas di dinas itu pada 2006-2015 sehingga ia tahu banyak tentang dinamika perikanan di Laut Seram.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, saat memberikan kuliah umum di Universitas Pattimura, Ambon, Desember 2016, mengakui, pengawasan terhadap praktik pencurian ikan di Indonesia timur masih minim. Ia berharap perhatian instansi terkait. Mereka diharapkan tak hanya asal patroli, tetapi juga serius menegakkan hukum. Jangan sampai ada yang main-main di laut.

Ketua Kelompok Nelayan Nusa Kamu, Desa Kawa, Samsul Sia pernah menyaksikan praktik jual-beli pengaruh di laut. Petugas lapangan tak berdaya setelah atasan memerintahkan agar melepas kapal yang ditangkap. Miris rasanya. Mafia ikan "merasuk" dalam tubuh penegak hukum. Sementara nasib nelayan lokal tetap suram. Lalu, untuk siapa ikan-ikan di laut itu?

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 17 Januari 2017, di halaman 1 dengan judul "14 Jam Bertarung di Laut Seram".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com