BENGKULU, KOMPAS.com - Sebanyak 167 remaja Bengkulu dari tiga kabupaten membentuk Forum Perempuan Muda Anti Kekerasan Seksual di Desa Sumber Urip, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, Minggu (30/10/2016).
Forum yang dibentuk para remaja usia SLTP hingga SLTA itu berharap tidak ada lagi perempuan menjadi korban kekerasan seksual.
"Kita tidak ingin lagi ada perempuan yang menjadi korban kekerasan baik psikis maupun fisik, terutama kekerasan seksual," kata Ketua Panitia Pelaksana FPM Dessi Anggraini.
Dalam konsolidasi tersebut, para remaja menemukan persoalan mendasar dari kekerasan seksual yang menimpa perempuan muda, yakni rendahnya pengetahuan perempuan tentang kesehatan reproduksi (kespro).
Menurut Desi, sebagian besar remaja tidak pernah mendapatkan pendidikan kespro dari keluarga. Alasannya karena malu dan tabu membicarakan persoalan tersebut.
"Sebagian besar kita adalah pelajar, sementara pendidikan kespro biasanya dilakukan pada jam sekolah," kata dia.
Ketua FPM Lica Veronica menambahkan, dampak yang terjadi akibat rendahnya pemahaman mengenai kespro adalah banyak perempuan muda yang mengalami kasus kekerasan seksual, kehamilan tak diinginkan (KTD), hingga kematian akibat aborsi.
"Kami tidak ingin lagi ada teman kami yang menjadi korban, untuk itu semua butuh diberikan pemahaman terkait pemenuhan hak kesehatan seksual dan reproduksi terhadap perempuan," kata Lica.
Organisasi perempuan Cahaya Perempuan Women Crisis Center (WCC) meminta pemerintah daerah memberikan pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi kepada perempuan dan laki-laki muda di sekolah.
Forum ini mendesak pemerintah memberikan jaminan keberlanjutan pendidikan bagi perempuan korban kehamilan tidak diinginkan, menyediakan layanan kesehatan seksual dan reproduksi yang ramah bagi remaja, terutama korban dari segi medis dan psikologis.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.