Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Bali, Shandra Woworuntu Berkisah Saat Jadi Korban Perdagangan Orang di AS

Kompas.com - 29/10/2016, 22:19 WIB
Kontributor Denpasar, Sri Lestari

Penulis

DENPASAR, KOMPAS.com - Shandra Woworuntu merupakan perempuan Indonesia yang bisa dibilang mulai diperhitungkan di Amerika Serikat.

Saat ini, Shandra adalah anggota Dewan Penasihat Presiden Amerika Serikat untuk urusan Perdagangan Manusia, yang posisinya jauh lebih baik ketimbang kali pertama dia tiba di Amerika Serikat.

Dalam acara seminar yang digelar di Denpasar, Shandra mengisahkan awal dia mendapatkan informasi pekerjaan di sebuah koran nasional yang cukup besar.

Akhirnya dia mencoba melamar dan bertemu dengan wanita yang mengecek segala keperluan dari mulai paspor, kemampuan berbahasa Inggris dan lainnya. Bahkan, Shandra dites untuk tersenyum dan difoto dengan berbagai pose.

Setelah dibawa ke agen pusat, ternyata itu adalah agen perjalanan dan bukan agen tenaga kerja.

"Katanya, di sana (AS) bekerja di hotel selama enam bulan dengan gaji 5.000 dollar Amerika Serikat, plus tips, nanti dikasih baju, dikasih tempat tinggal," kata Shandra Woworuntu di Denpasar, Sabtu (29/10/2016).

"Senang kayaknya ya, enam bulan pasti bawa uang pulang 30.000 dollar AS, dipotong 3.000 dollar, biaya agen, masih punya 27.000 dollar AS, yah kurang lebih sekitar Rp 270 juta," ujarnya.

Saat itu Shandra bekerja di bank dengan posisi asisten general manager bagian keuangan. Dengan hitung-hitungan mendapat uang banyak pada 2001 lalu, yang diharapkan Shandra adalah dapat membiayai kuliah anaknya.

Apalagi saat tahun 1998, dia tinggal di Jakarta, saat Ibu Kota mulai bergolak menuju era reformasi.

"Saat itu saya kehilangan pekerjaan karena bank selalu tutup sehingga saya tidak punya gaji. Setiap bulan menggunakan uang saya untuk hidup. Saat itu saya sudah menjadi orangtua tunggal untuk anak saya. Saya akhirnya menjadi aktivis untuk menuntut hak tenaga kerja," kata Shandra.

"Lalu saya ambil pekerjaan itu (ke Amerika). Saya ke kedutaan Amerika untuk mendapatkan visa. Saya dibekali dengan tiket. Dikatakan bahwa saya akan dijemput oleh orang bernama Johnny Wong," ujarnya.

Tiba di Bandara John F Kennedy, Shandra dijemput oleh orang yang memanggil namanya dan membawa foto Shandra. Dia percaya bahwa orang tersebut akan membawa kota tujuan, yaitu Chicago.

Selain Shandra ternyata ada lima TKI lain yang bertemu di bandara tersebut. Akhirnya mereka dipisahkan.

"Saya dengan dua teman dari Indonesia dan tidak langsung ke Chicago karena sudah malam, melainkan menginap ke tempat seseorang di New York," kata Shandra.

"Saya dibawa ke mana-mana, adanya perpindahan, pertukaran uang di depan kami, jadi saya tahu itulah sistem memperdagangkan manusia antara pedagang dengan pedagang. Mencapai lima kali pedagang," cerita Shandra.

Akhirnya, dia dibawa ke tempat pihak pembeli dengan ancaman pistol. Malam itu juga dia "dijual".

"Pada saat itu takut, saya hanya menurut saya apa yang diminta. Saya juga melihat anak kecil yang disiksa di depan saya dan tidak ada yang menolong," kata Shandra.

(Baca juga: Kisah Pilu Shandra Woworuntu, WNI Korban Perbudakan Seks di Amerika)

Shandra saat itu mengaku hanya mengaku ingin kembali ke Indonesia untuk anak dan keluarganya. Waktu berjalan dengan sendirinya dan Shandra mengaku sampai tidak tahu hari maupun tanggal karena catatan hariannya diambil.

"Saya dibawa ke hotel, saya dibawa ke tempat kasino. Sampai pada saat saya kembali ke Johnny Wong, yang juga tempat memperdagangkan wanita. Malam itu saya coba kabur selalu tidak memungkinkan," tuturnya.

Paspor dan barang Shandra diambil saat tiba di AS. Maka, dia selama itu hanya punya baju yang melekat di badan. Makan pun dengan bubur tanpa rasa. Minum hanya disediakan minuman alkohol dan diberi obat-obatan terlarang seperti narkoba.

"Saya melompat dari jendela kamar mandi lantai dua. Sungguh keajaiban, saya tidak ada luka-luka, tidak cacat. Teman Indonesia saya yang paling muda umur 15 ikut loncat. Kami berdua selamat dan melarang diri."

Shandra berjanji akan kembali lagi untuk membebaskan teman-temannya yang disandera. Dia kemudian mendapatkan nomor telepon dari seorang perempuan di lokasi dia dijaga untuk mencari bantuan, nomor telepon seorang pria Indonesia.

Tragisnya pria tersebut juga pedagang manusia. Akhirnya Shandra dijual kembali di tengah kota New York. Meski demikian, Shandra bisa kabur lagi.

"Saya menjadi pengemis karena tidak dapat bantuan. Saya sudah ke konsulat tapi tidak dibantu. Sulit sekali mendapatkan bantuan. Saya mengemis sambil menangis, lalu ada orang yang menolong, saya ceritakan semuanya dan orang tersebut telepon FBI. Dan akhirnya bisa menjemput tema-teman saya," kata Shandra.

(Baca juga: Kesaksian WNI yang Jadi Korban Perdagangan Manusia di AS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com