Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bekantan Mati Tersengat Listrik, Diduga Peliharaan Orang

Kompas.com - 20/09/2016, 07:29 WIB

BANJARMASIN, KOMPAS.com - Seekor bekantan (Nasalis larvatus) betina mati tersengat arus listrik tegangan tinggi di Jalan Jenderal A Yani Kilometer 2 Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Ketua Sahabat Bekantan Indonesia Amalia Rezeki mengatakan, bekantan yang diperkirakan berusia 3-4 tahun itu diambil pada Senin (19/9/2016) malam. Satwa itu diduga mati setelah terpanggang akibat sengatan arus listrik.

"Kami sangat prihatin atas kejadian ini. Kami menduga bekantan tersebut peliharaan orang karena masih ada tali pengikat di pinggangnya," ujar Amalia, Selasa (20/9/2016).

Amalia sangat menyayangkan masih ada warga yang memeliharanya meski ada ancaman hukuman penjara lima tahun dan denda Rp 100 juta bagi siapa pun yang menangkap dan memelihara bekantan.

Bekantan merupakan satwa dilindungi berdasarkan lembaga konservasi internasional dan termasuk dalam daftar merah International Union for Conservation Nature (IUCN) sebagai kategori terancam punah.

Kelestarian monyet hidung panjang itu kian terancam oleh maraknya alih fungsi lahan yang menjadikan habitatnya semakin menyempit. Kondisi tersebut diperparah dengan adanya perburuan serta perdagangan satwa liar.

Menurut Amalia, berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan pada tahun 1987, populasi bekantan di Kalimantan berkisar 250.000 ekor. Sebanyak 25.000 ekor berada di kawasan konservasi (MacKinnon, 1978).

Populasinya menyusut drastis pada 1995, menjadi sekitar 114.000 ekor dan hanya tersisa 7.500 ekor di kawasan konservasi (Bismark, 1995).

Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, populasi bekantan di Pulau Kalimantan berkurang sekitar 50 persen.

Melalui penelitian Badan Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Selatan pada 2003, populasi bekantan berkurang menjadi 3.600 sampai 5.000 ekor. Kini jumlahnya diperkirakan tidak lebih dari 2.500 ekor.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com