Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengeboman Ikan Marak di Perairan NTT

Kompas.com - 16/09/2016, 21:06 WIB
Sigiranus Marutho Bere

Penulis

WAINGAPU, KOMPAS.com - Bupati Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Gideon Mbiliyora mengatakan bahwa saat ini banyak terjadi pengeboman ikan yang dilakukan secara masif di wilayahnya.

Menurut Mbiliyora, pengeboman ikan itu terjadi di wilayah perairan pada 15 kecamatan di Kabupaten Sumba Timur.

Meski begitu, namun pihaknya hanya bisa menonton saja aksi para pengebom ikan, karena keterbatasan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh pemerintah daerah.

"Para pelaku pengebom ikan itu bukan warga Sumba Timur. Karena terbatasnya prasarana yang kita miliki, akhirnya kita hanya pasrah," kata Mbiliyora kepada sejumlah wartawan di ruang kerjanya, Jumat (16/9/2016).

Menurut dia, pengeboman ikan mulai marak terjadi dalam beberapa bulan terakhir ini. Para pelaku datang dengan menggunakan kapal berukuran besar dan ini menyulitkan pemerintah setempat untuk menangkap pelaku.

"Mereka biasa mengebom di wilayah Utara, Timur dan Selatan, Kabupaten Sumba Timur terutama di Tanjung Sasar, Melolo sampai Salura hingga Mangudu," kata Mbiliyora.

Untuk mengantisipasi aksi serupa, Mbiliyora telah mengajukan kepada pemerintah pusat untuk meningkatkan status pos Angkatan Laut menjadi Pangkalan Angkatan Laut. Dengan begitu, patroli bisa dilakukan secara rutin oleh anggota TNI AL.

Pemerintah daerah setempat juga sudah menyiapkan lahan seluas 10 hektar untuk pembangunan pangkalan itu. Mbiliyora masih menunggu respons dari pemerintah pusat.

Ia menambahkan, mantan Menteri Perikanan Freddy Numberi pernah menjanjikan kapal pengawas pantai untuk Kabupaten Sumba Timur, tetapi sampai sekarang belum juga ada.

Secara terpisah, Kepala Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKPN) Kupang Ikram Malan Sangadji mengatakan, pengeboman ikan marak terjadi di perairan Kabupaten Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat Daya, Manggarai Barat, Ende, Sikka, Flores Timur dan Lembata.

Untuk mengantisipasi hal itu, pada Juni 2016 BKPN membentuk tim Quick Response Destructive Fishing Laut Sawu. Tim tersebut telah bekerja sama dengan polres, kepolisian perairan, Satuan Kerja Dinas Kelautan dan Perikanan, hingga TNI AL termasuk juga sejumlah lembaga keagamaan.

"Kita membahas langkah persuasif dan langkah preventif yang dilakukan oleh aparat," kata Ikram.

Ia berharap agar kerja sama ini dapat menekan angka kejadian pengeboman ikan di sana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com