Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepenggal Kisah dari Jalan Lingkar Barat Purwakarta...

Kompas.com - 01/09/2016, 12:23 WIB
Reni Susanti

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com – Kecamatan Sukasari secara geografis masuk ke wilayah Kabupaten Purwakarta. Letaknya berada di sepanjang pesisir Waduk Jatiluhur yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Karawang dan Cianjur.

Berada di pesisir Waduk Jatiluhur dan dikelilingi hutan, pemandangan Sukasari memang cantik. Namun tidak dengan kondisi warganya.

Pemkab Purwakarta melansir data, setidaknya ada 40.000 warga yang terisolir di daerah tersebut.

Asep, salah satu warga Sukasari bercerita, warga di daerahnya berpenghasilan cukup karena mereka rata-rata merantau dan memiliki kemampuan di bidang bangunan. Bahkan anak-anak mereka bisa sekolah yang layak di Purwakarta ataupun di luar Purwakarta. Namun mereka sulit ke mana-mana karena aksesnya yang terbatas.

“Ke mana-mana seringnya pake perahu melewati danau. Ke sekolah, rumah sakit, belanja apa pun yang tidak ada di kampungnya, harus pakai perahu,” ungkapnya belum lama ini.

Parahnya, ketika ada yang jatuh sakit, mereka harus ditandu untuk mendapat perawatan dan pengobatan dari dokter. Jarak tempuhnya lumayan, bisa mencapai 2 jam.

Pembukaan akses di sana sudah menjadi perhatian pemerintah. Bahkan Pemerintah Provinsi Jawa Barat lima tahun lalu sudah mengantongi desain engineering design (DED). Namun lama berselang, pembukaan akses ke sana tak kunjung datang. DED yang pernah dibuat pun tidak ada kabarnya lagi.

Pemerintah Kabupaten Purwakarta sendiri sudah lama berniat untuk membuka akses kawasan ini. Namun minimnya anggaran membuat mereka harus berpikir keras untuk membangun infrastruktur Purwakarta secara adil dan merata.

“Saya ingin membuat jalan di sana sejak awal menjabat kepala daerah (wakil bupati). Tapi saat itu anggaran jalan hanya Rp50 miliar per tahun, sedangkan yang harus diperbaiki banyak sekali,” tuturnya.

Begitu menjadi bupati, dia menaikkan anggaran infrastruktur enam kali lipat menjadi Rp300 miliar. Dengan dana tersebut, dia harus memilah dan membuat skala prioritas. Karena membangun kabupaten tidak seperti membangun kota yang sudah memiliki infrastruktur.

Baru pada 2014, dia memberanikan diri membuka akses dan membangun jalan beton sepanjang 67 KM. Dia dikatakan memberanikan diri karena anggaran yang dimiliki sangat kecil.

APBD Purwakarta tahun 2015 hanya Rp 2,2 triliun, APBD 2016 naik menjadi Rp 2,3 triliun.

“Jalan Lingkar Barat Purwakarta akhirnya dibangun dengan murni mengandalkan APBD Purwakarta, tanpa bantuan dari provinsi, pusat, atau dari manapun,” ucapnya.

Walau terkesan mustahil, pembangunan jalan dilakukan. Satu tahun kemudian, Agustus 2016, jalan yang akan menghubungkan Purwakarta, Karawang, Cianjur, dan Bogor tinggal 10 persen lagi.

Jalan yang akan diresmikan Presiden Jokowi itu hanya menghabiskan anggaran Rp 97 miliar. Menurut kontraktornya, Bin Zein, hal itu mustahil tetapi itu terjadi di Purwakarta.

Ada banyak faktor, mulai dari pagu harga beton Purwakarta lebih rendah dari daerah manapun, serta kebijakan lainnya seperti melibatkan masyarakat dan TNI dalam pembangunan.

“Ini mustahil. Karena normalnya, untuk perbaikan saja, 1 KM jalan membutuhkan dana minimal Rp 1 miliar. Namun ini harus membuka jalan, membelah 4 gunung dan membuat 14 jembatan,” ungkapnya.

Rencananya, jalan tersebut akan selesai dua bulan lagi dan diresmikan November 2016 berbarengan dengan peresmian tahap akhir Air Mancur Sri Baduga dan lima museum diorama.

Harapan baru

Dengan semangat, Dedi Mulyadi berdiri di atas mobil double kabin 4WD-nya. Ia merasa sangat bahagia impiannya untuk membuka akses ke Sukasari sebentar lagi terwujud.

“Kalau lihat dulu, menyedihkan. Orang ke rumah sakit harus ditandu pake perahu 2 jam. Dokter yang ditempatkan di sana sering kabur karena terbatasnya fasilitas akibat terisolir,” tuturnya.

Namun kini, harapan baru sudah muncul. Setelah jalan terbuka potensi Sukasari akan terbuka, mulai dari kampung wisata hingga perekonomian.

Kampung Wisata yang akan dibangun bertajuk ‘kampung bambu’. Kampung berkonsep perkampungan dengan rumah-rumah yang terbuat dari bambu ini akan dibangun di atas empat hektare lahan di Desa Kutamanah, Kecamatan Sukasari.

Sukasari memang dikenal sebagai sentra produksi bambu di Kabupaten Purwakarta. Setidaknya terdapat 20.000 hektare hutan bambu milik warga, yang didistribusikan ke Jakarta, Bekasi, dan Bogor.

Dengan dibukanya jalan tersebut, harga bambu lebih menguntungkan, naik dari Rp 500 menjadi Rp 3.000-Rp 4.000 per batang. Jumlah pengangkutan pun lebih banyak karena diangkut truk.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com