Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mimpi Indah Petani Bunga Tomohon

Kompas.com - 08/08/2016, 05:39 WIB

KOMPAS - Mimpi Ronny Polii (49) memiliki rumah dan mobil menjadi kenyataan. Satu rumah beton permanen di tengah perkebunan, dengan dua mobil minibus, kini terparkir di garasi rumahnya di Kelurahan Kakaskasen, Kota Tomohon, Sulawesi Utara. Usaha perkebunan bunga yang digeluti 15 tahun silam memberi masa depan bagi keluarganya.

Ronny adalah salah seorang dari ratusan petani bunga di Tomohon yang meraih mimpi indah untuk keluarganya. Ia banting setir dari seorang pegawai negeri sipil (PNS) rendahan di Kantor Imigrasi Manado menjadi petani bunga.

"Saya total mundur dari PNS dan berusaha bunga," kata Ronny saat ditemui pada Jumat (5/8/2016) siang.

Awalnya, keputusan mundur sebagai PNS mendapat tantangan dari istri dan anaknya, tetapi Ronny nekat. "Kalau tidak mundur, kapan dapat membangun rumah dan beli mobil," ujarnya kepada istrinya.

Usaha Ronny berkembang pesat. Ia memiliki tiga perkebunan bunga yang dikelola secara modern. Peralatan, seperti pengukur suhu bunga hingga alat pembasmi hama, dibeli untuk kepentingan usahanya.

Petani bunga Kota Tomohon bergairah seiring dengan kebijakan pemerintah yang menjadikan bunga sebagai ikon daerahnya. Pemerintah juga menjamin kelangsungan usaha petani bunga, dengan melaksanakan Festival Bunga Tomohon setiap tahun.

Keuntungan berlipat diperoleh petani seperti Ronny, yang juga terampil menjadi dekorator float mobil hias yang ditampilkan dalam parade di festival itu. Dari setiap mobil hias berukuran besar, Ronny memperoleh order senilai Rp 65 juta. Sekitar 30 persen di antaranya dipakai untuk membeli bunga.

"Bunga tinggal saya petik di kebun, dekorasi saya kerjakan sendiri," katanya.

Ronny memiliki tiga lokasi perkebunan bunga di Kakaskasen, yang empat kali panen dalam setahun. Belakangan panen bunga direkayasa agar dapat menyuplai kebutuhan bunga untuk festival.

250 kuntum

Wali Kota Tomohon Jimmy Eman mengatakan, lima peserta luar negeri menyatakan berpartisipasi dalam Festival Bunga Tomohon pada 8 Agustus besok. Parade bunga yang mirip festival bunga Pasadena di Amerika Serikat akan menggunakan sekitar 250.000 kuntum bunga produksi lokal.

Kelima peserta asing itu adalah Tiongkok, Jepang, Australia, Singapura, dan Sekretariat Bersama ASEAN. Kehadiran Tiongkok merupakan yang pertama di Festival Bunga Tomohon.

Pelaksanaan Festival Bunga Tomohon bakal meriah dengan kombinasi Tomohon Carnaval selama tiga hingga empat jam diubah menjadi panggung festival. "Tahun ini lebih ramai dengan kombinasi karnaval di jalan," ujarnya.

Menjelang perayaan festival, Tomohon bersolek. Ornamen bunga terlihat sepanjang jalan memasuki Kota Tomohon. Ornamen bunga yang dialiri listrik tampak indah pada malam hari.

Eman mengatakan, bunga produksi lokal telah dipetik dan dihiaskan di mobil peserta. Harga satu kuntum bunga petani berkisar Rp 3.000. Setiap kendaraan hias membutuhkan sekitar 9.000 hingga 12.000 kuntum bunga.

Masa panen bunga telah direkayasa terjadi pada awal Agustus bersamaan dengan penyelenggaraan festival.

Decky (58), pedagang bunga, menyebutkan, bunga yang diperdagangkan adalah varian lokal, seperti krisan, aster, dan gladiol. Ada pula bunga asal luar daerah, di antaranya aglonema yang berasal dari Jawa dan puring yang diimpor dari Thailand.

Harga bunga yang ditawarkan pun bervariasi, mulai dari puluhan ribu rupiah sampai ratusan ribu rupiah.

Menurut Decky, bunga Tomohon nyaris tidak memiliki nilai pada dekade 1990-an. Akan tetapi, saat Pemerintah Kota Tomohon menjadikan bunga sebagai ikon festival, bunga menjadi bernilai. Bahkan, banyak masyarakat yang menjadikan bunga sebagai sumber pendapatan.

"Modal Rp 4 juta bisa untung hingga Rp 20 juta sekali panen," kata Decky.

Terletak di atas ketinggian 400-800 meter di atas permukaan laut serta memiliki luas sekitar 147,21 kilometer persegi, Tomohon cukup sejuk pada petang hari. Suhu Tomohon cocok untuk tanaman hortikultura.

Dinas Pertanian Kota Tomohon mencatat lebih dari 200 pedagang bunga yang menjajakan 250 jenis tanaman hias di kota itu. Sekuntum mawar, yang dulu biasa dipetik gratis dari kaki Gunung Lokon dan Mahawu, kini bernilai rupiah. (JEAN RIZAL LAYUCK)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 Agustus 2016, di halaman 11 dengan judul "Mimpi Indah Petani Bunga Tomohon".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com