Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stiputs Bra untuk Perlancar Kelahiran Bayi

Kompas.com - 13/06/2016, 15:56 WIB

KOMPAS - Tidak semua ibu dianugerahi kemudahan dalam melahirkan. Ada sejumlah perempuan sulit melahirkan secara normal karena beberapa hal, seperti kurang atau lemahnya kontraksi, posisi bayi tidak normal, atau pinggul si calon ibu kecil.

Kontraksi yang lemah menjadikan proses kelahiran bayi menjadi lebih lama. Hal ini bisa membahayakan karena bayi bisa kekurangan oksigen atau asfiksia. Dalam ilmu kedokteran, batasan persalinan lama pada hamil pertama adalah lebih dari 24 jam, dan pada hamil berikutnya lebih dari 18 jam.

Untuk mengatasi hal tersebut, si ibu bisa disuntik obat perangsang atau dengan metode konvensional peninggalan nenek moyang kita, yaitu merangsang puting susu. Solusi pertama jelas membutuhkan biaya lebih karena pasien harus membayar obat perangsang dan biaya penanganannya. Solusi kedua pun menjadi pilihan yang lebih masuk akal.

Secara ilmiah, rangsangan pada puting susu akan mendorong keluarnya hormon oksitosin di otak. Hormon oksitosin ini berfungsi menghasilkan kontraksi pada rahim sehingga si calon ibu bisa melahirkan dengan lancar.

Namun, metode ini secara konvensional tidak bisa dilakukan dengan mudah. Di rumah sakit, tidak semudah itu pasien akan mengizinkan puting susunya dipegang orang lain. Ada rasa malu, baik bagi petugas maupun si pasien.

Kendala lain, tindakan merangsang puting susu bisa membuat puting susu nyeri, bahkan lecet, sehingga membuat si ibu tidak nyaman. Luka lecet harus disembuhkan dengan membeli salep. Sudah sakit, masih keluar biaya untuk beli salep pula.

Berkaca pada persoalan tersebut, tim Quality Control Circle (QCC) Berlian sebagai gugus kendali mutu untuk pelayanan kebidanan dan kandungan di Instalasi Rawat Inap (IRNA) III Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) di Kota Malang, Jawa Timur, berusaha menemukan solusi untuk mengatasi persoalan lahir lama karena kontraksi lemah tersebut. Mereka pun melakukan survei dan meneliti pasien yang dirawat di rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur tersebut.

Dari data tahun 2013, ada 84 kasus persalinan lama karena lemahnya kontraksi ibu saat hendak melahirkan di RSSA Malang. Rata-rata puting susu pasien harus dirangsang manual selama 2-8 jam sebelum akhirnya bisa melahirkan dengan lancar. Cukup lama, dan tentu membuat perawat atau bidan tidak bisa melakukan tugas lain.

Mangkok

Akhirnya, tim QCC Berlian pun berusaha membuat alat untuk merangsang puting susu bagi ibu yang hendak melahirkan. Intinya, alat diharapkan bisa menggantikan rangsangan manual pada puting susu pasien.

Tahun 2013 pula, tim perumus alat perangsang kontraksi dibentuk. Tim terdiri atas empat orang, yaitu Dr dr Bambang Rahardjo Sp.OG (K), perawat Nunuk Wahidah, bidan Ani Dwi Ambarwati, dan bidan Dian Rahmawati.

"Kami membeli mangkok melamin yang banyak dijual di pasaran, mencari bulu yang bisa menjadi penggeli (untuk merangsang) puting, dan merangkainya dengan power supply (pencatu daya)," kata Nunuk Wahidah.

Uji coba mangkok tersebut dilakukan beberapa kali, termasuk dalam mencari bulu yang paling nyaman. Akhirnya, untuk bulu, terpilihlah bulu plastik sejenis kuas blush on untuk rias wajah.

Alat dibuat dengan beberapa kali uji coba, hingga akhirnya ditemukan prototipe yang dinilai paling baik pada tahun 2014. Tiga kali tim membuat prototipe alat tersebut, hingga akhirnya terciptalah alat yang dinamai stiputs bra (stimulus puting susu bra). Selama 2013-2014 itu pula, alat tersebut diujicobakan kepada sejumlah pasien.

Stiputs bra terdiri atas empat komponen, yaitu power supply dengan daya 5 ampere yang dilengkapi pengatur kecepatan, cup dan tali bra, dinamo, dan bulu. Untuk membuat stiputs bra dibutuhkan biaya sekitar Rp 650.000 per unit. Saat ini RSSA Malang memiliki 4 stiputs bra dengan berbagai ukuran, disesuaikan dengan fisik calon ibu.

Metode penggunaan stiputs bra adalah dengan menempatkan dua mangkok melamin pada payudara ibu sebagaimana mengenakan bra. Di dalam mangkok terdapat bulu perangsang puting yang bisa berputar saat power supply ditancapkan ke listrik dan dinyalakan.

Kecepatan berputarnya bulu bisa diatur sesuai kebutuhan pasien. Semakin cepat bulu berputar, makin cepat kontraksi pasien. Lama pemakaian stiputs bra bervariasi setiap pasien. Namun yang jelas, tidak sampai 8 jam seperti saat dilakukan rangsangan puting secara manual.

Stiputs bra membuat pasien mandiri dalam merangsang puting susunya sendiri sehingga tercapai kekuatan kontraksi sesuai tahapan melahirkan. Dengan lancarnya kontraksi pasien, membuat pasien bisa melahirkan dengan cepat dan tidak melebihi batas waktu persalinan normal 18-24 jam.

Sejak penggunaan stiputs bra mulai tahun 2013, RSSA mencatat penurunan jumlah kasus persalinan lama. Jika tahun 2013 tercatat masih ada 84 kasus persalinan lama, pada tahun 2014 jumlahnya menurun menjadi 15 kasus persalinan lama, dan tahun 2015 tercatat 0 kasus persalinan lama.

Risky, ibu muda asal Wonorejo, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, menjadi salah satu pengguna stiputs bra saat hendak melahirkan anak pertamanya. "Saya menggunakan bra khusus dari RSSA menjelang kelahiran saat itu. Persalinan terasa lancar dan cepat. Alatnya tidak (membuat) sakit dan nyaman," ujar Risky.

Replikasi

Sukses pemakaian stiputs bra di RSSA Malang membuat rumah sakit mulai mereplikasinya dan mengenalkan stiputs bra kepada bidan, rumah sakit, atau puskesmas.

"Kami mengenalkannya agar bisa digunakan membantu persalinan, apalagi di daerah pelosok yang jauh dari rumah sakit. Tujuannya adalah mengatasi persalinan lama dan mengurangi risiko kematian bayi akibat asfiksia. Sebab, selama ini 80 persen pasien masuk ke kami karena persalinan lama," kata Dr dr Bambang Rahardjo, Ketua Tim QCC Berlian Unit Kebidanan dan Kandungan RSSA Malang.

Adapun untuk memproduksi stiputs bra secara massal, Rahardjo mengatakan masih menunggu turunnya hak paten atas alat tersebut. Dia mengatakan, stiputs bra sedang diusulkan untuk mendapatkan hak paten.

"Kami juga terus berusaha menyempurnakan power supply agar bentuknya bisa kecil seperti HP (telepon genggam) atau power bank. Jika sumber energinya kecil seperti power bank, pasien tidak perlu berada di dekat stop kontak atau selalu tidur di atas tempat tidur. Pasien bisa mengenakan alat tersebut sambil berjalan-jalan agar semakin melancarkan proses persalinan," ujar Rahardjo.

Stiputs bra memiliki fungsi utama merangsang puting susu agar bisa memicu kontraksi. Namun, alat tersebut dipercaya juga memiliki fungsi lain, yaitu membantu mempercepat pengeluaran air susu ibu (ASI) setelah si ibu melahirkan.

Manfaat alat tersebut untuk masyarakat adalah menjadikan stiputs bra buatan RSSA Malang mendapat penghargaan emas dalam ajang Quality Control Circle Internasional di Korea Selatan tahun 2015. (Dahlia Irawati)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 13 Juni 2016, di halaman 23 dengan judul "Stiputs Bra untuk Perlancar Kelahiran Bayi".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com