Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Mbok Paini Hidup di Gubuk Reyot dan Makan Nasi Aking

Kompas.com - 08/04/2016, 10:13 WIB

JOMBANG, KOMPAS.com — Mbok Paini (70) sudah 12 tahun tinggal sebatang kara di gubuk reyot di Dusun Paras, Desa Turipinggir, Kecamatan Megaluh, Jombang.

Gubuknya berdinding anyaman bambu yang sudah tidak utuh lagi alias bolong-bolong karena aus dimakan usia. Itu pun berdiri di tanah milik tetangganya yang tak sampai hati melihat kondisi Mbok Paini karena sebelumnya dia tidak memiliki tempat berteduh dan tidur ketika malam tiba.

Rumah anyaman bambu (gedhek) yang menjadi tempat tinggal Paini juga tampak memprihatinkan. Gubuk berukuran sekitar 1,5 x 3 meter itu sebagian sudah roboh.

Di dalam ruangan yang cukup gelap, lembab, dan pengap itu, hanya ada sebuah ranjang bambu beralaskan potongan tikar plastik dan bekas spanduk. Di situlah, Mbok Paini duduk, berbaring, dan tidur.

Jika malam tiba, bola lampu dengan aliran listrik menyala memberi penerangan di gubuk Mbok Paini. Itu juga pemberian tetangga.

Mbok Paini menuturkan, jika hujan deras turun, dia hanya bisa pasrah duduk di ranjang bambu yang diletakkan tak jauh dari pintu depan gubuknya.

"Ini untuk berjaga-jaga kalau ada tanda-tanda mau roboh, saya bisa langsung berlari keluar rumah. Kalau hujan turun, saya memang tidak berani tidur, takut rumahnya roboh, apalagi di sini banyak yang bocor,” ungkap Mbok Paini.

Di teras gubuknya, setumpuk genting yang dia tata menjadi dapur berbahan bakar kayu. Itu merupakan tempat dia memasak dan merebus air. Untuk mandi ataupun buang hajat, serta mencuci, Paini menumpang di sumur milik tetangga.

Nasi aking

Sehari-hari, dia makan nasi sisa yang dikeringkan atau nasi aking pemberian para tetangga.

Maklum saja, Mbok Paini secara fisik memang sudah tidak mampu lagi mencari nafkah sendiri karena kondisinya yang sudah renta.

"Saya baru memasak nasi kalau dapat beras sembako (raskin) dan pemberian tetangga," kata Mbok Paini sambil mengusap air mata yang menetes di kedua pipinya, Kamis (7/4/2016).

Mbok Paini sebenarnya memiliki seorang anak, hasil pernikahannya dengan sang suami yang sudah lama meninggal. Anak semata wayangnya yang berprofesi sebagai abang becak itu kini tinggal di dusun sebelah bersama anak istrinya.


Kondisinya yang juga serba kekurangan membuat anaknya juga tidak mampu berbuat banyak terhadap Paini, ibunya.

"Setiap bulan saya diberi anak saya uang Rp 20.000, tetapi mana cukup untuk biaya hidup sebulan," ungkap Paini.

Gagal bedah rumah

Ketua RT setempat, Gatot Sularko, menuturkan, Mbok Paini sebenarnya pernah diajak anaknya tinggal di rumahnya, tetapi dia tidak kerasan dan memilih kembali ke gubuknya ini.

Gatot berharap, ada perhatian dari pemerintah daerah kepada Mbok Paini. Pasalnya sejauh ini, nenek malang itu sama sekali belum tersentuh bantuan apa pun.

"Hanya setiap tiga bulan sekali dia mendapat bantuan beras untuk warga miskin (raskin) sebanyak 15 kilogram,” kata Gatot.

Gatot menjelaskan, sebenarnya pemerintah pernah sempat akan melakukan bedah rumah pada kediaman Paini, tetapi karena tanahnya bukan milik Paini, akhirnya bedah rumah itu pun batal dilakukan.

"Sampai sekarang belum ada solusi lain," kata Gatot yang juga tetangga Mbok Paini.

 

Berita ini telah tayang di Surya Online, Kamis (7/4/2016), dengan judul: Jombang Sejahtera untuk Semua? Lihat, Mbok Paini Makan Nasi Aking di Gubuk Reot!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com