Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bocah 11 Tahun Diikat dengan Badan Telanjang di Tiang Rumah

Kompas.com - 10/03/2016, 11:59 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Seorang bocah laki-laki terlihat meringkuk dengan di pojokan kasur. Dia menyembunyikan wajahnya di balik guling yang kumal.

Suara gumaman pelan keluar dari mulut anak kelahiran 30 Juli 2003 dan sesekali dia menghentak-hentakan kakinya di dinding rumah yang terbuat dari bambu. Bau pesing juga menyeruak di dalam rumah yang hanya memiliki satu ruangan tersebut.

"Dindingnga jebol karena dirusak Fe," jelas Sahwito, ketua RT setempat kepada Kompas.com, Kamis (10/32016).

Fe adalah anak pertama pasangan Miskari dan Riskiyah yang tinggal di Lingkungan Kampung Baru, RT 01 RW 03, Kelurahan Bulusan, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi.

Saat ini, Fe tinggal bersama dengan neneknya, Muiyah (80) beserta Miskari (55), ayah kandungnya yang sehari-hari menjadi buruh serabutan.

Sejak 3 bulan terakhir, Fe diikat di tiang rumah karena sering memukul neneknya dan kerap membuat keributan.

"Ibunya baru saja melahirkan sekarang pulang ke Situbondo. Neneknya nggak kuat jaga cucunya, jadi ya diikat di bagian tangan kiri," jelas Sahwito.

Fe juga menolak menggunakan baju sehingga telanjang dan hanya tidur-tiduran di lantai rumah.

Keterbelakangan mental

Sahwito, kepada Kompas.com bercerita sejak kecil Fe menunjukkan gejala keterbelakangan mental. Orangtuanya sering mengikatnya di kursi. Fe juga sempat disekolahkan di SDLB ABCD PGRI Kalipuro.

"Dari keterangan raport Fe Tuna Grahita. Sekolah sekitar setahunan lalu karena nggak ada yang ngantar, jadi ya nggak sekolah lagi," jelasnya.

Ia mengaku mengetahui Fe diikat oleh keluarganya saat survei lokasi pembuatan jamban desa dan curiga mendengar suara asing seperti orang menangis.

Dia menemukan Fe di dalam rumah dalam keadaan telanjang, hanya dijaga oleh neneknya yang sudah renta. Kondisi rumah yang berada di tengah ladang jagung serta jauh dari tetangga tersebut sangat berantakan.

"Diikat kalau ayahnya kerja. Makannya, ya di situ. Buang air kecilnya, ya di situ. Kalau ada ayahnya baru dilepas ikatannya," jelas Sahwito.

Ia kemudian meminta agar ikatan Fe dilepaskan dan bocah malang itu dimandikan agar bersih.

Sementara itu, dengan menggunakan bahasa Madura, Muiyah (80) bercerita kepada Kompas.com bahwa Fe tidak bisa dikendalikan dan sering memukul.

Ia juga menunjukkan luka di pelipis bekas dipukul Fe dengan katrol tempat makan.

"Kalau makan ya saya taruh di dekatnya. Dulu saya suapin tapi sering mukul. Saya kasihan sama dia. Saya sayang," katanya sambil menangis.

Saat didatangi RT setempat, ia mengaku pasrah dan rela jika cucunya dirawat. Dia berharap agar cucunya bisa berperilaku normal.

Menurut dia, tingkah cucunya semakin tidak terkendali sejak ibunya pulang ke Situbondo karena melahirkan anak kedua.

Sementara itu, Achmad Yani, Kepala Kelurahan Bulusan kepada Kompas.com mengaku sudah membuat laporan ke dinas terkait agar anak itu segera ditangani.

"Keluarga Fe berasal dari keluarga di bawah garis kemiskinan. Kalau rumahnya itu milik pribadi katanya warisan yang dibagi-bagi dari keluarga," ungkap Achmad Yani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com