Witschel tengah berada di Purwakarta dalam rangka kerja sama dengan Pemkab Purwakarta awalnya terlihat santai. Namun, ketika salah satu stafnya memperlihatkan sesuatu di gadget-nya, dia langsung panik.
Witschel langsung membuka telepon genggamnya dan berusaha menelepon seseorang, sementara itu stafnya mulai membicarakan bom di Sarinah.
Dia bercerita, telepon yang pertama sempat tidak terhubung. Witschel lalu mencoba beberapa kali mengontak. Begitu terhubung, ia terlibat obrolan serius dalam bahasa Jerman. Seusai menelpon beberapa orang, Witschel meminta maaf pada Pemkab Purwakarta.
"Kedutaan tidak terkena, tapi salah satu tenant besar di dunia terkena (Starbucks). sampai sekarang kami tidak tahu ada korban berkewarganegaraan Jerman atau tidak," ucapnya.
"Kedutaan harus pantau keadaan ini. Saya mohon maaf, ucapan yang hangat ini terpotong sebentar. Keputusan sentra kritis ditarik (dubes) ditarik untuk pulang, saya tidak tahu. Tapi sebelum itu, kontrak terus berjalan," imbuhnya.
Setelah berbincang dengan Bupati Purwakarta, Witschel mempercepat waktu kunjungannya. Dia kembali menelepon beberapa orang sehingga acara penyerahan cenderamata tertunda beberapa menit.
"Sekarang kami sampaikan duka cita yang besar. Mereka korban serangan teror. Hal yang tidak menyenangkan," ucapnya.
Seusai bertukar cinderamata, Dubes Jerman meminta maaf karena harus segera kembali ke kantornya. Dia pun langsung melakukan agenda terakhirnya berbicara di depan ratusan pelajar dan mahasiswa.