Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awalnya Kontrak Rumah Jadi Sekolah, Murid Pun Hanya Satu Orang

Kompas.com - 25/11/2015, 10:39 WIB
Kontributor Kolaka, Suparman Sultan

Penulis

KOLAKA, KOMPAS.com - Niat untuk memajukan dunia pendidikan memang tidaklah mudah. Apalagi jika harus mulai dari nol. Setidaknya itulah yang dirasakan oleh Abdul Rahman Alfat.

Rahman adalah seorang tenaga pengajar di Mts Bahussalam, Kelurahan Mangolo, Kota Kolaka, Sulawesi Tenggara.

Menurut Rahman, yang ditemui Rabu (25/11/2015), sejak dimulainya tahapan belajar mengajar di tempatnya tahun 2010 silam, semua berlangsung tidak mudah. Berbagai rintangan harus dilaluinya.

Apalagi, sekokah yang dibangun Rahman bersama sejumlah temannya hanya berbasiskan yayasan alias sekolah swasta.

"Didasari rasa yang kuat untuk memajukan dunia pendidikan, membuat kami bisa bertahan terhadap masalah yang dihadapi. Sekarang kita pinjam lokasi kelurahan untuk kelas dan mengontrak rumah warga juga dijadikan kelas," kata dia. 

"Murid kami pertama hanya satu orang bertambah jadi dua dan kembali jadi satu karena yang satunya keluar," kata dia lagi.

Bahkan, warga sekitar sekolah sempat ragu dengan kredibilatas sekolah tersebut. "Bahkan ada warga yang bilang apakah jika anak kami sekolah di tempat ini akan dapat ijazah?" kata Rahman.

"Inilah yang membuat kami termotivasi mengembangkan sekolah ini," tambahnya.

Untuk meyakinkan warga sekitar tentang keberadaan sekolah tersebut, Rahman mencoba melalui cara dakwah. Pria 40 tahun ini memang mempunyai latar belakang pendidikan sarjana Hukum Islam.

"Sekarang jumlah murid kami 68 orang dan pengajar 14 orang sesuai dengan materi pelajaran. Artinya selama perlahan warga sudah mempercayai sekolah kami. Memang 75 persen siswa kami dari kalangan keluarga tidak mampu," paparnya.

Yang menarik lagi,  sekolah ini justru memberikan intensif kepada para siswanya.

"Masuk di sekolah ini tidak dipungut biaya, malahan kami yang berikan insentif kepada para murid lewat sejumlah kegiatan pengajian di tengah masyarakat," ungkap Rahman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com