Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prosesi Larung Kancil, Agar Anak Tak Lagi Dicekoki Cerita Negatif

Kompas.com - 18/08/2015, 05:17 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Empat remaja yang mengenakan kemeja hitam dan berdasi mengusung patung binatang kancil, kemudian melarungnya ke Sungai Pabelan Desa Pabelan III Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang. Patung kancil berwarna hitam legam itu sebelumnya diarak keliling desa bersama ratusan anak kecil.

Ada beberapa tulisan yang menempel di badan empat remaja itu. Misalnya, terdapat tulisan "Pejabat Ahli Curi Pulau dan Hutan", "Pejabat Ahli Mengelabui Wong Cilik", "Pejabat Curi Uang Rakyat", dan sebagainya.

Kegiatan unik tersebut merupakan rangkaian peringatan HUT ke-70 RI yang diselenggarakan oleh segenap remaja dan anak-anak warga bantaran sungai Pabelan, Senin (17/8/2015) sore. Dimyatin, Ketua Paguyuban Pemuda Mandiri (PPM) Desa Pabelan, mengatakan bahwa larung kancil sebagai simbol untuk menjauhkan anak-anak dari sifat kancil yang cerdas tapi licik.

Dijelaskan Dimyatin, kancil merupakan tokoh fabel dan cerita anak yang paling populer sejak beratus tahun lalu. Padahal, kancil sejatinya memiliki sifat yang buruk, tidak bijak, pintar namun suka mengelabui dan menipu.

"Meski sifatnya buruk tapi justru kancil menjadi raja cerita atau lakon. Inilah yang menjadi keprihatinan kita bahwa anak-anak telah 'dicekoki' cerita yang sebetulnya memberikan efek negatif," ujar Dimyatin, disela-sela kegiatan.

Lebih lanjut Dimyatin menjelaskan, tanpa disadari, cerita kancil yang cerdik tersebut telah merasuki, terutama terlihat pada perilaku pejabat negara. Tidak sedikit pejabat yang cerdas dan pintar tapi justru mengeruk uang negara dan menyesangsarakan rakyat. Ironisnya, mereka justru merasa bangga seolah menjadi pahlawan.

"Kita lihat sekarang banyak orang 'jahat' justru merasa jadi 'pahlawan'. Nah, kita ingin mengajak masyarakat khususnya orang tua untuk lebih selektif memberikan suguhan cerita kepada anak-anak mereka. Karena kelak anak-anak kelak akan menjadi pemimpin yang Tut Wuri Handayani dan berakhlak baik. Misalnya kisah pahlawan kemerdekaan RI, kisah para Nabi, atau yang lainnya," ucap Dimyatin.

Selain itu, kata Dimyatin, ada pesan menjaga lingkungan yang ingin disampaikan melalui kegiatan ini. Pesan itu agar masyarakat mencintai sungai sebagai sumber kehidupan, misalnya dengan tidak membuang sampah sembarangan, tidak merusak ekosistem sungai dan paling penting tidak mengeruk sumber daya alam yang terkandung di sungai.

"Kita prihatin sungai Pabelan yang berhulu di Gunung Merapi ini semakin rusak. Terlebih setelah musibah banjir lahar dingin beberapa tahun lalu dan diperparah dengan ulah para penambang liar yang seenakknya mengeruk pasir dan batu," ujarnya.

Ahmad Fauzun, Ketua Panitia Kegiatan, menambahkan bahwa sebelum kegiatan larung kancil, ada sejumlah perlombaan yang diikuti oleh anak-anak dan remaja setempat. Antara lain lomba fashion show kostum perang, balap karung, menangkap belut, menggambar, mewarnai gambar kancil dan sebagainya.

"Hasil karya gambar kancil anak-anak itu kemudian ikut dilarung bersama dengan patung kancil. Tujuannya mengajak masyarakat terutama generasi muda merubah perilaku tidak bijak menjadi ahlakulkarimah" kata Ahmad.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com