Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Aksi Balas Dendam Peristiwa Tolikara, Gereja di Magelang Dijaga Polisi

Kompas.com - 27/07/2015, 15:53 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com — Berbagai upaya dilakukan aparat kepolisian Kota Magelang untuk mencegah peristiwa kerusuhan yang serupa dengan kejadian di Kabupaten Tolikara, Papua, beberapa waktu lalu. Langkah itu antara lain dengan menempatkan sejumlah personel polisi di gereja-gereja yang tersebar di Kota Magelang.

Kepala Polres Magelang Kota AKBP Edi Purwanto menjelaskan, upaya preventif lebih diprioritaskan karena munculnya letupan-letupan konflik berbau suku, agama, ras, dan antar-golongan (SARA) yang sempat bermunculan di daerah terdekat, seperti di Purworejo dan Bantul. Pihaknya merasa perlu menempatkan minimal satu personel untuk intensif menjaga dan memantau setiap gereja dan tempat ibadah lainnya.

"Petugas aktif patroli ke gereja, terutama malam hari. Kami mendata apa saja yang ada di gereja, yakni pengurus, keamanan, barang-barang, dan lain sebagainya. Yang paling penting, anggota mengenal siapa (petugas) keamanan di gereja itu," ujar Edi pada pertemuan Forum Komunikasi antar-Umat Beragama (FKUB) di aula mapolres setempat, Senin (27/7/2015).

Sejak kasus pembakaran masjid terjadi di Tolikara, pihaknya sudah melakukan pemantauan terhadap 29 gereja di Kota Sejuta Bunga ini. Pihaknya tidak ingin ada gerakan bersifat balas dendam yang terjadi di wilayah hukumnya. Kendati demikian, menurut Edi, Magelang masih aman dan kondusif. Tidak ada ancaman dari pihak mana pun yang diterima gereja, meskipun pihaknya mengendus adanya gejala aliran radikal yang muncul.

"Gejala aliran radikal, ada. Kami sangat waspada dan terus mengantisipasi dengan berbagai cara. Batas waktu penempatan personel di gereja sampai mereka dipandang perlu untuk ditarik. Sampai sekarang masih berlaku," paparnya.

Selain penempatan petugas, menurut Edi, kegiatan dialog antar-umat beragama juga perlu dilakukan guna menjaga kondusivitas daerah, seperti kegiatan FKUB yang melibatkan berbagai elemen masyarakat ini.

"Kita perlu terus menjalin komunikasi dan saling empati sehingga tidak terjadi gesekan-gesekan yang memunculkan konflik SARA," tutup Edi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com