“Mereka saya didik dua minggu tinggal di rumah warga yang berbeda agama. Dua minggu living di rumah penduduk,” kata Ganjar di Semarang, Jumat (12/5/2015) petang.
Cara mendidik warga, terutama pemuda dengan tinggal di rumah penduduk berbeda agama untuk bekal modal kepekaan sosial. Cara demikian, dianggap ampuh, karena antara pemilik rumah dengan tamu bisa saling membantu, cair dalam suasana yang alami.
Ganjar sendiri mengaku pernah mendidik orang dalam pola seperti ini. Caranya sederhana, jika orang beragama Islam disuruh tinggal di rumah katolik, yang Katolik tinggal di rumah orang Hindu, atau dengan lainnya.
“Saya bedakan betul soal agamanya. Saya sengaja campur selama dua minggu. Mereka tinggal di luar daerah,” tambahnya.
Menurut Ganjar, ada nuansa internalisasinya yang amat dahsyat. Sebab, umat Islam yang beribadah lima waktu, fisiknya kelihatan terus-menerus dilihat oleh pemilik rumah yang agamanya berbeda.
Pada hari berikutnya, karena sang punya rumah memberi selembar sajadah dan ruang untuk shalat. Sang pemilik rumah juga diantarkan sang tamu beribadah ke gereja. Tamu yang beragama Hindu yang tinggal di rumah Muslim juga protes awalnya karena ada bunga di mana-mana.
Dua minggu, interaksi keduanya tidak dengan ceramah, namun hidup bersama, berdampingan.
“Konsep ini menarik. Karena di hari kedua, ketiga, sudah mulai ngobrol manis. Ketika sudah dua minggu, saat pulang sudah berpelukan, nangis. Ini bentuk alami toleransi, mereka memberi sajadah, mengantar gereja, bahkan sampai sekarang masih surat-suratan memberi kabar,” ungkapnya.
Kepala Kantor Kementerian Agama Jawa Tengah, Ahmadi mengatakan, suasana keberagaman di Jawa Tengah sangat tinggi. Berdasarkan data hasil penelitian dari Litbang Kementerian Agama, keberagaman di Jateng sudah mencapai angka 3,9.
“Sudah masuk yang tertinggi di Indonesia dengan 37 juta penduduk. Indeks pembangunan masyarakatnya terlihat dari keamanan, rasa nyaman dan toleransi,” timpal Ahmadi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.