Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sutriyani, Sarjana Pendidikan Fisika yang Berjualan Jamu Keliling

Kompas.com - 10/04/2015, 20:21 WIB
BANTUL, KOMPAS.com — Jualan jamu gendong keliling mungkin bukanlah pekerjaan yang menjadi idaman bagi sebagian besar remaja masa sekarang. Namun, apa yang dilakukan Sutriyani (23) ini seolah mendobrak pandangan tersebut.

Ia mampu membuktikan, sepanjang usaha itu halal, maka berjualan jamu pun bukanlah pekerjaan yang "haram" bagi anak muda.

Padahal, Sutriyani merupakan seorang sarjana lulusan Pendidikan Fisika Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta yang lulus dengan IPK 3,49.

Ditemui ketika sedang menjual jamu di perempatan Jodog, Bantul, Sutriyani yang baru wisuda pada Desember 2014 ini mengaku sering mendengar cibiran mengenai statusnya sebagai seorang sarjana, tetapi hanya jadi penjual jamu.

Namun, hal tersebut tidak menyurutkan semangatnya dalam bekerja.

"Aku jadi sarjana juga karena ibuku jualan jamu, jadi kenapa harus malu," ungkapnya.

Ibu dari Sutriyani, Nyonya Tukilah, memang penjual jamu keliling, sedangkan ayah Sutriyani, Ponijan, yang dulu bekerja sebagai tukang becak, sudah meninggal beberapa bulan yang lalu.

Sepeninggal ayahnya, kini hanya Sutriyani dan ibunya yang tinggal di rumahnya yang sederhana di Dusun Samen RT 1, Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul.

Jadi guru

Meski lahir dari keluarga yang kurang mampu, Sutriyani tergolong gadis yang cerdas serta berkemauan untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya.

Menurut Tukilah, Sutriyani sering mendapat beasiswa saat duduk di bangku sekolah. Bahkan, setelah lulus dari SMKN 1 Sewon, Bantul, jurusan Tata Boga, Sutriyani bukan langsung mencari kerja, melainkan ingin melanjutkan pendidikan dengan jalur beasiswa Bidik Misi.

"Saya mendengar rencananya mau kuliah. Sebenarnya mikir, beli bensin saja kesulitan, tetapi dia tetap membesarkan hati saya agar merelakannya kuliah," ujarnya.

Setelah lulus dari bangku kuliah, jatuh bangun dialami Sutriyani ketika terjun di dunia kerja. Sutriyani sempat menjadi tenaga honorer lepas di salah satu instansi, menjaga kantin, hingga berjualan nasi goreng. Namun, semua pekerjaan itu belum membuatnya nyaman.

Sutriyani juga merasa, sistem yang ada kurang bisa membuatnya menembus dunia kerja sesuai latar belakang pendidikannya, yaitu Pendidikan Fisika.

"Belum kepikiran jadi guru. Kalau enggak ada orang yang bawa, sulit juga," keluhnya.

Merasakan sulitnya mendapat pekerjaan yang cocok, Sutriyani terpikir untuk meneruskan usaha jual jamu yang selama ini digeluti ibunya.

Jual jamu

Terhitung mulai bulan Februari 2015, dengan didukung ibunya, Sutriyani memberanikan diri menjadi penjual jamu dengan menaiki sepeda onthel seperti yang dilakukan ibunya.

Baru sekitar seminggu ini Sutriyani akhirnya menggunakan sepeda motor untuk menjajakan jamunya.

Ia mulai bekerja menjual jamunya dari pagi sekitar pukul 09.00 WIB hingga tengah hari untuk beristirahat.

Setelah itu ia kembali berkeliling dari pukul 13.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB. Sutriyani berkeliling menjual jamu di wilayah Bantul bagian barat hingga ke Pajangan.

Tak hanya menjual jamu, tiap hari Sutriyani juga masih memberikan bimbingan belajar kepada beberapa anak pelanggannya dan adik temannya.

"Sebenarnya sudah ada banyak yang minta saya ngelesin anaknya, tetapi saya masih sulit bagi waktunya," ujarnya.

Setelah sekitar sebulan lebih menjalani pekerjaannya sebagai penjual jamu keliling, Sutriyani mengaku lebih bisa menikmati pekerjaannya yang sekarang.

"Pekerjaan kan hanya media mendapat penghasilan. Mengenai penghasilan yang didapat, itu sudah digariskan Yang Kuasa, jadi saya santai saja," ungkapnya.

Pertahankan tradisi

Tak sekadar berjualan jamu, Sutriyani juga tetap bangga mempertahankan proses pembuatan jamu secara tradisional yang dipelajari dari ibunya.

Sutriyani juga menolak anggapan jamu sekarang sudah ketinggalan zaman.

"Zaman sekarang malah zamannya orang minum jamu karena sudah mulai banyak makanan instan. Bagaimana caranya bahan kimia dalam tubuh bisa berkurang? Ya minum jamu, bukan minum obat," ujarnya.

Mengenai rencana hidupnya ke depan, Sutriyani mengaku masih punya banyak harapan yang ingin diraih.

Sutriyani ingin usaha jualan jamunya menjadi bisnis yang bisa berkembang. "Ke depan ingin punya kios jamu, jadi tidak perlu keliling lagi," terangnya.

Meski begitu, Sutriyani tidak menutup kemungkinan jika bisa mendapat pekerjaan sesuai latar belakangnya. Bahkan Sutriyani pun mengungkapkan masih punya niat melanjutkan pendidikan hingga pascasarjana jika ada beasiswa.

"Kalau bisa, semua bisa berjalan beriringan," imbuhnya. (Anas Apriyadi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com