"Semua muda-mudi wajib ikut, tidak boleh nolak. Ini memang sudah tradisi nenek moyang kami yang harus dilestarikan. Jangan dinilai negatif jika nanti terlihat rangkulan, berpelukan, bahkan terkesan ada yang mencium wanita yang dipasangkan," kata Ketua Panitia Omed-omedan, Made Arya Pramana, Minggu (22/3/2015).
Pramana juga menyampaikan, peserta tradisi tahun ini hampir seratus orang, dibagi dua kelompok yaitu kelompok pria dan kelompok wanita. Mereka berbaris memanjang ke belakang di posisi berlawanan yaitu posisi utara dan posisi selatan.
Satu-persatu para peserta dipasangkan secara acak dan tidak boleh menolak. Kemudian keduanya dibopong oleh masing-masing rekannya dan dipertemukan di tengah arena kemudian diguyur air.
Saat mereka berpelukan, sorak-sorai penonton terdengar riuh manakala ada yang meronta-ronta untuk cepat dilepaskan.
"Tradisi, ya tetap tradisi. Saya dari warga desa lain menghargai tradisi dari Banjar Kaja Sesetan. Inilah salah satu warisan leluhur mereka yang harus dilestarikan, dan sebagai sesama warga Bali saya sangat bangga Bali banyak hal yang menarik dan unik," kata Nyoman Dwiyana, salah satu warga kota Denpasar.
Acara diawali dengan ritual persembahyanggan bersama antara peserta dan digelar tarian ritual di area yang akan dijadikan lokasi acara. Ribuan masyarakat Denpasar tumpah ruah memadati Jalan Diponegoro hingga sepanjang 500 meter yang sudah ditutup sejak pagi.