Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sudah Sebulan Bayi Saya Ditahan di Rumah Sakit..."

Kompas.com - 05/11/2014, 05:41 WIB
Kontributor Bandung, Rio Kuswandi

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com — Meski bayinya sudah lahir dengan selamat, pasangan suami istri Ade Rahmat (39) dan Reni Lusiana (27) belum merasa bahagia. Sudah satu bulan lebih, bayi lelaki mereka yang lahir pada 2 Oktober 2014 di RS Imanuel, Bandung, Jawa Barat, itu masih ditahan di rumah sakit.

Ade dan Reni belum bisa melunasi biaya persalinan bayi itu. Seiring waktu, biaya perawatan bayi itu pun semakin membengkak, sementara Ade hanya bekerja menjadi petugas keamanan di salah satu hotel di Bandung.

"Sudah sebulan lebih bayi saya ditahan rumah sakit. Saya sedih, sampai sekarang pun bayi saya belum diperbolehkan pulang," kata Ade saat ditemui di Bandung, Selasa (4/11/2014).

"Yang lebih pusing lagi, semakin hari, selama bayi saya ada di rumah sakit, biayanya terus membengkak, bahkan sampai sekarang ini sudah mencapai Rp 17 juta lebih," lanjut Ade.

Menurut Ade, persalinan istrinya berjalan lancar. Tiga hari berada di rumah sakit, Reni dan bayi mereka sudah diperbolehkan pulang. Namun, karena biaya yang dibayar masih kurang, bayi mereka pun ditahan rumah sakit.

"Saya kaget dengar biayanya, mahal sekali. Biaya persalinan Rp 3,5 juta dan saya harus bayar Rp 5,8 juta untuk biaya perawatan bayi saya karena memang bayi saya prematur. Jadi, totalnya yang harus dibayar selama tiga hari Rp 9,3 juta," tutur Ade.

Saat itu, Ade melanjutkan, dia baru bisa membayar Rp 3,5 juta. "Oleh karena itu, istri saya diperbolehkan pulang. Nah, yang Rp 5,8 juta belum bisa saya bayar untuk menebus biaya perawatan bayi," ujar dia. "Saya kira biayanya tidak akan semahal itu."

Ade mengaku sudah berupaya pinjam ke sana-kemari untuk mendapatkan uang Rp 5,8 juta. "Saya dapat pinjaman uang Rp 1,5 juta. Saya bilang gini ke pihak rumah sakit, 'Ini saya ada uang Rp 1,5 juta, tetapi saya pengin bawa bayi pulang, nanti sisanya dicicil', tetapi ditolak rumah sakit."

Menurut Ade, rumah sakit tersebut bersikukuh bahwa bayi hanya bisa dibawa pulang ketika semua biaya perawatan sudah dibayar. "Katanya, enggak bisa, tetap bayi harus ditahan kalau urusan administrasi belum selesai. Kalau bayi mau dibawa (tetapi biaya belum lunas), saya harus menyimpan jaminan," ujar dia.

Ade mengatakan, jaminan yang bisa diterima pun hanya sertifikat tanah. "Jangankan sertifikat tanah, keluarga saya saja masih ngontrak. Motor yang biasa dipakai untuk kerja juga masih cicilan. Kalau motornya sudah lunas mah bisa saya jual untuk menebus anak saya. Gaji saya sebulan juga cuma Rp 1 juta, gimana mau cukup?"

Meski demikian, Ade mengaku tak menyerah mencari pinjaman dan mendapatkan tambahan Rp 1 juta. Namun, uang itu tetap tak cukup untuk membawa bayinya pulang.

Hampir sepekan bayi berada di rumah sakit, Ade dikagetkan lagi dengan tagihan baru biaya perawatan. "Saya kaget, beberapa hari kemudian, biayanya sudah lebih dari Rp 10 juta," sebut dia.

"Saya mohon ke rumah sakit agar bayi saya segera dibawa pulang saja karena kalau didiamkan di rumah sakit biayanya terus nambah, tetapi rumah sakit enggak ngasih. Mereka minta biaya dilunasi atau nyimpan jaminan berupa sertifikat tanah."

Ade mengaku bingung bagaimana cara mendapatkan uang untuk menebus bayi itu. Waktu pun berjalan. Hingga Selasa, sudah lewat sebulan bayinya tertahan di rumah sakit yang berlokasi di Jalan Kopo, Bandung, tersebut.

Hingga hari ini, Ade masih berupaya mencari pinjaman uang. Belum ada konfirmasi dari Rumah Sakit Imanuel atas cerita Ade ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com