Junaidi mengaku hanya menggunakan perasaan saat menangkap dan bermain dengan ular. Prinsipnya, jika manusia tidak menyakiti ular, maka ular pun tidak akan menyakitinya.
“Saya mulai mengenalkan ular pada Dian sejak dia berusia delapan bulan, tepatnya saat mulai belajar duduk. Semua jenis ular saya kenalkan padanya. Saya juga hobi memelihara ular. Dian saya ajarkan bahwa ular adalah ciptaan Tuhan, selain manusia dan tumbuh-tumbuhan,” ujarnya, Minggu (31/8/2014).
Pria yang berprofesi tukang bangunan itu mengenal ular sejak berumur enam tahun. Kala itu, saat bermain di sungai, dia menangkap ular. Kendati sempat digigit, hal ini tak membuatnya takut terhadap ular. Sejak itulah dia kemudian cinta terhadap ular. Jika ada waktu senggang dan liburan, dirinya pun berburu ular. Semua ular yang dia tangkap tidak dijual. Lokasi pencarian ular yang didatangi biasanya di sawah maupun sungai.
Lantaran dianggap punya potensi sebagai pawang ular, Junaidi kadang dimintai tolong tetangganya jika ada ular yang masuk ke dalam rumah atau pekarangan warga. “Saya dulu punya ular piton satu meter. Seluruh ular yang saya tangkap tak satu pun dijual. Setelah saya tangkap, saya lepas lagi agar ular-ular itu mencari makan sendiri. Sedangkan ular yang berada di rumah hanya untuk mainan Dian,” jelasnya.
Junaidi juga tak merasa khawatir terhadap kebiasaan anaknya itu. Kepada istrinya, Junaidi menjamin bahwa ular itu tak akan mencelakakan anaknya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.