Kepala Liponsos Keputih Sri Supadmi menyebutkan, berdasar pengalaman tahun-tahun sebelumnya, jumlah pengemis musiman yang masuk Surabaya setiap Ramadhan melonjak signifikan.
“Bagi mereka (pengemis), Surabaya ibarat gula dan mereka semutnya,” ujarnya, Rabu (2/7/2014).
Pengemis musim Ramadhan, lanjut Sri Supadmi, berasal dari berbagai daerah, termasuk Madura, Gresik, Lamongan, dan Mojokerto. Namun, berdasarkan data Liponsos, sebagian besar mereka berasal dari Madura.
Puncak serbuan pengemis biasanya terjadi sejak H-7 hingga hari H Lebaran. Mereka akan berduyun-duyun ke masjid-masjid untuk mengharap sedekah para jemaah.
Saat itu, petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) juga meningkatkan operasi atau razia. Mereka yang terjaring operasi akan dibawa ke Liponsos untuk didata dan dibina. Karena itu, bisa dipastikan jumlah penghuni Liponsos pun membeludak.
Jumlah penghuni Liponsos saat ini sudah overload, melebihi kapasitas. Meski begitu, setiap hari selalu ada ‘kiriman’ (penghuni) baru dari petugas operasi di jalan.
Data per Selasa (1/7/2014) mencatat, jumlah penghuni Liponsos mencapai 1.350 orang. Sebanyak 157 orang di antaranya pengemis, sisanya adalah anak jalanan, tunawisma, penjaja seks komersial (PSK) dan orang-orang yang mengidap gangguan jiwa.
“Idealnya, fasilitas kami (Liponsos) cuma untuk 500-an orang. Jadi, sekarang ini overload. Kalau nanti ada tambahan pengemis musiman dari luar daerah, bisa dibayangkan nanti repotnya di sini seperti apa,” lanjutnya. (ben/idl)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.