“Saya menyadari saya ini sudah tua tapi saya semangat mencari ilmu. Justru di usia saya ini sudah waktunya merenungi diri, berpasrah kepada Tuhan karena tidak ada lagi yang saya cita-citakan di dunia ini,” tutur Mbah Kastolani, sapaannya, Kamis (3/6/2014).
Kastolani menceritakan, setiap bulan Ramadhan, sejak tahun 2006, ia mengikuti kegiatan di pesantren yang dikenal sebagai Pondok Sepuh itu. Kakek 18 cucu itu pun mengaku ikhlas harus jauh dari keluarganya di Desa Cekelan, Kabupaten Temanggung. Ia tidak pernah mengeluh jika selama di pesantren ia harus hidup serba sederhana, mulai makan hingga tidur di lantai masjid dengan beralaskan karpet.
Ia mengisahkan, kegiatan ibadah dimulai pukul 01.00 WIB. Para jamaah harus bangun untuk mengikuti berbagai salat sunah, seperti salat hajat, salat tahajud, salat tasbih, dan mujahadah. Dilanjutkan dengan sahur, berdoa, dan mengikuti salat subuh berjamaah.
Sekitar pukul 06.00 WIB, para jamaah diwajibkan menjalankan salat dhuha dan membaca kitab suci Al Quran. Setelah itu, mereka mengikuti pengajian dari pukul 11.00 WIB sampai salat zuhur. Pukul 15.00 WIB, mereka mengikuti pengajian lagi sampai salat ashar. Seusai buka puasa, mereka kembali melaksanakan mujahadah dan dilanjutkan dengan salat isya dan salat tarawih. Di penghujung malam, para santri sepuh itu mengikuti tadarus sampai pukul 24.00 WIB.
”Ini (Ramadhan) kesempatan kita untuk berserah diri dan mohon ampunan. Memang harus ikhlas, karena Allah akan memberi ganjaran (pahala) yang banyak untuk bekal kita di akhirat,” ucap Kastolani, yang sehari-hari masih bekerja menjadi buruh petani.
Pesantren ini berlangsung hingga Ramadhan hari ke-20. Kastolani tidak sendiri, ia bersama sekitar 400 jamaah yang sebagian besar berusia lansia. Itulah sebabnya kenapa pesantren ini sering disebut Pondok Sepuh.
Dalam bahasa Jawa, sepuh artinya tua atau lanjut usia (lansia) Pesantren ini diasuh oleh KH Asrori Al Havid, KH Mafatikhul Huda, Kiai Ahmad Fauzan dan KH Muhammad Tibyan Abdul Majid. Mereka merupakan generasi keempat KH Anwari Sirajd Bin Abdurrosyid atau Mbah Sirajd Payaman. Mbah Sirajd merupakan pendiri Masjid Agung Payaman dan Ponpes Sepuh pada 1937.
“Dahulu almarhum Mbah Sirajd merupakan tokoh besar yang memiliki peran perjuangan di Magelang. Makamnya di belakang masjid ini. Inilah yang menjadi “magnet” masyarakat untuk ingin menimba ilmu di sini,” papar salah satu pengasuh pondok, KH Muhammad Tibyan Abdul Majid.
Tibyan menuturkan, kegiatan Pondok Pesantren Sepuh yang khusus diselenggarakan pada Ramadhan ini dimulai sejak tahun 1985. Kegiatan ini digagas oleh Kiai Ahmad Fauzan. Awalnya, kegiatan berupa pengajian setiap hari Senin. Kemudian, pada tahun 1990, jamaah semakin banyak. Mereka tidak hanya berasal dari wilayah Kota dan Kabupaten Magelang saja. Namun juga daerah lain seperti Temanggung, Purworejo, Wonosobo, Yogyakarta dan Kebumen.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.