Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tawuran Makin Mencemaskan

Kompas.com - 28/10/2012, 05:29 WIB

Terlebih penting lagi bagi pelajar/siswa yang senang tawuran atau berkelahi di jalanan. Melalui ekstrakurikuler bela diri mereka dapat menyalurkan talenta atau bakatnya di arena pertandingan terbuka untuk mengejar prestasi nonakademis. Dengan menjadi seorang atlet bela diri berprestasi, seorang pelajar/siswa dapat meraih medali emas, perak, perunggu, baik pada pertandingan tingkat sekolah, kota, kabupaten, provinsi, nasional, bahkan sampai ke tingkat internasional.

Melalui ekstrakurikuler bela diri, para pelajar dan siswa, termasuk yang senang berkelahi melalui tawuran, silakan salurkan bakatnya bukan di jalanan, melainkan di arena pertandingan.

LASMAN SIMANJUNTAK Pamulang Permai A 42, Pamulang, Tangerang, Banten

 Korban Brutal Sesama Pelajar

 

Masa kaum muda mengangkat senjata sudah lewat lebih dari 67 tahun lamanya. Ironis, tetapi fakta, bahwa pada masa di mana seharusnya kaum muda mengangkat pena, mereka kembali mengangkat senjata. Melawan penjajah? Tentu tidak! Melawan saudara sendiri menjadi kebanggaan tersendiri dewasa ini. Sudah menjadi budaya bahwa kedua sekolah menengah atas di daerah Bulungan, Jakarta Selatan, memiliki rutinitas untuk ”berperang” (tawuran) satu sama lain.

Pada 26 September 2012, tawuran antarsekolah kembali memakan korban. Kali ini pelajar dari SMA Yayasan Karya 66, Deny harus merelakan dirinya menjadi korban kebrutalan sesama pelajar. Berbagai cara telah ditempuh untuk menghentikan budaya ini, tetapi tak satu pun yang berhasil menghentikan ”rutinitas” tersebut. Posko anti-tawuran, razia yang dilakukan pihak sekolah, dan lain-lain seolah tak ada artinya. Jika dikatakan karena kurang pendidikan agama, mungkin ada benarnya pernyataan ini.

Patut diketahui bahwa remaja dalam jenjang SMA pada umumnya sedang memasuki fase early adolescence, yaitu fase di mana terjadi pencarian identitas. Individu cenderung akan kurang stabil, terutama dalam hal emosi. Mereka cenderung akan mengikuti apa saja yang temannya lakukan hanya demi mendapatkan sebuah pengakuan dari teman sepermainannya, atau bahkan senior mereka. Tidak dapat dimungkiri bahwa ada faktor lingkungan yang mendorong individu untuk mengikuti tawuran antarpelajar tersebut.

Seharusnya pihak sekolah mempertimbangkan untuk memberikan kegiatan-kegiatan yang dapat ”mengalihkan” perhatian para siswa sehingga tidak terjerumus lagi dalam ”budaya” yang menyesatkan tersebut. Sungguh ironis, pada masa yang seharusnya generasi muda menunjukkan rasa nasionalisme melalui pena, malah lebih akrab dengan benda tajam ala masa kolonial, ditambah lagi dengan motivasi yang sangat mengecewakan.

MARSELLY KURNIADI Jalan Manyar Permai, Penjaringan, Jakarta Utara

Tawuran dan Kebera daan yang Berwajib

 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com