Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tawuran Makin Mencemaskan

Kompas.com - 28/10/2012, 05:29 WIB

Sungguh miris ketika melihat pemberitaan di media massa, tentang tawuran antarpelajar sekolah menengah atas, yang baru-baru ini terjadi, yaitu SMAN 6 dan SMAN 70, yang terjadi di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan, pada 24 September 2012 sekitar pukul 12.00 WIB. Menewaskan seorang pelajar SMAN 6 dengan luka bacok di dada yang diduga pembacokan dilakukan oleh seorang pelajar SMAN 70.

Seharusnya pelajar itu bukan menjadi seorang musuh yang membacok, melainkan menjadi teman yang bisa saling mengajarkan ilmu pengetahuan, sebagaimana yang harus dilakukan pelajar di dunia ini. Perirtiwa tawuran di Bulungan dilanjutkan dengan beberapa insiden serupa yang terulang kembali oleh pelajar-pelajar dari SMA lain.

Lalu, di mana petugas yang berwajib berada? Bukankah seharusnya mereka bisa berjaga, bahkan kalau bisa 24 jam, untuk mengawasi area yang telah kita ketahui sering terjadi tawuran antarpelajar dari dua sekolah menengah atas di kalangan elite itu? Sungguh picik kalau kita hanya diam dan berpura-pura tidak melihat. Kenyataan itu ada. Kebiasaan itu telah merajalela. Sebenarnya kuncinya dua, yaitu kepedulian dan kesadaran.

Kepengurusan kota kita yang baru ini seharusnya peduli untuk dapat memikirkan bagaimana caranya menghilangkan, paling tidak mengurangi, pertempuran konyol yang dilakukan para pelajar kita. Sebagai masyarakat yang baik, kita juga harus sadar membantu pemerintah agar tidak terjadi ketimpangan. Dan saling mengingatkan, bahwa tugas seorang pelajar untuk belajar, bukan untuk menjadi mahajago.

Annisa Jalan Bungur, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan

 Didik Biang Kerok Tawuran secara Militer

 

Perkelahian antarpelajar memakan korban jiwa dan semakin meluas di kalangan pelajar, bahkan antarkampung di Jakarta dan di sebagian kota di Tanah Air. Selama ini tidak ada instansi pemerintah pusat atau daerah yang secara serius mengatasi masalah tawuran, biasanya hanya menjadi mediator antarpelajar dan selesai begitu saja.

Pemerintah daerah harus mengambil tindakan serius dan bekerja sama dengan instansi lain yang dapat mengatasi persoalan tersebut secara tuntas. Mohon agar semua pelajar yang terlibat tawuran ditangkap dan dimasukkan ke kamp militer seperti Pusdik Infanteri untuk digembleng fisik dan mental sekaligus diberikan pelajaran tentang kebangsaan, kejuangan, agama, dan budi pekerti supaya mereka paham untuk apa mereka hidup di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Kalau perlu satu minggu bahkan satu bulan mereka tinggal di kamp dan datangkan guru-guru untuk memberikan pelajaran sekolah. Mustahil kalau guru dan kepala sekolah tidak tahu siapa kepala geng atau biang kerok di setiap sekolah dan kalau perlu mereka diambil saja dan dimasukkan kamp lebih dahulu sebelum membuat rusuh.

Memang perlu biaya besar untuk proyek ini. Namun, pemerintah harus menyediakan dana yang dibutuhkan agar anak-anak kita dan masyarakat tidak terganggu oleh ulah pelajar nakal yang sangat merugikan secara material bahkan bisa menyebabkan kehilangan nyawa yang sia-sia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com