Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menanam Pohon, Merawat Pulau

Kompas.com - 03/08/2012, 02:49 WIB

Terkadang buah belum matang pun dipanen. Harga jual hasil itu melorot karena kualitasnya rendah. Untunglah, kini, satu persatu petani mulai paham mengenai kualitas hasil perkebunan sehingga bertahan sampai benar-benar matang.

Harga kopi biji Rp 14.000-Rp 15.000 per kg, kemiri Rp 17.000- Rp 18.000 per kg, kopra (kelapa) Rp 3.000-Rp 5.000 per kg, biji cokelat basah Rp 14.000-Rp 15.000 per kg, dan cengkeh Rp 17.000-Rp 22.000 per kg. Harga ini sangat tidak seimbang dengan jerih payah petani. Sementara harga kebutuhan pokok terus naik.

Petani harus memetik hasil dari pohon sebelum memikulnya menuju rumah sejauh 500 meter-7 km. Hasil panen itu dicincang, dibersihkan, dijemur, dikemas dalam karung, dipikul dari desa menuju pasar dengan tenaga sendiri sejauh 7-14 km. Jika ingin mencari untung Rp 500-Rp 1.000 per kg mereka harus melanjutkan perjalanan ke Larantuka dengan kapal atau perahu.

Jadi hiburan

Matias Mamun (58), warga Desa Demondei, Flores Timur, mengatakan, kebahagiaan petani tidak hanya terletak pada hasil panen atau berapa jumlah uang yang diperoleh, tetapi juga mereka terhibur dari rimbunan pohon, kehijauan wilayah, kesuburan tanaman, dan sumber-sumber air yang terjaga. Burung-burung pun hidup damai di situ.

Bagi sebagian besar desa di Pulau Adonara, setiap anak laki-laki, entah apa pun status dia, harus memiliki tanaman perkebunan. Jika tidak, laki-laki itu dianggap pemalas, orang miskin, tak berdaya, dan tak punya harga diri dalam masyarakat. Dalam hal mencari jodoh pun sangat sulit karena perempuan tidak suka terhadap laki-laki seperti itu.

Rata-rata setiap kepala keluarga di pulau itu memiliki lebih dari 1 hektar tanaman perkebunan. Tanaman itu menjadi andalan sepanjang musim. Setiap jenis tanaman memberikan buah secara variatif sehingga petani tidak pernah merasa kesulitan uang sama sekali.

Sayangnya, pulau itu masih sangat miskin infrastruktur, termasuk jalan. Hampir 80 persen penduduk di desa-desa pedalaman masih mengandalkan tenaga manusia atau tenaga kuda untuk mengangkut hasil produksi perkebunan, melewati jalan setapak menuju pusat pemasaran.

Ditunggu keberpihakan pemerintah untuk mengapresiasi ”keberdayaan” rakyatnya....

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com