Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menanam Pohon, Merawat Pulau

Kompas.com - 03/08/2012, 02:49 WIB

Kearifan lokal ini terbangun dari pemahaman sederhana bahwa manusia berpakaian dan binatang berbulu. Karena itu, tanah juga harus ditutupi pohon. Tuhan tidak menciptakan tanah untuk dikosongkan, maka pohon tumbuh di atasnya. Pohon itu memberikan kesejahteraan melalui buah yang dihasilkan.

”Di sini ada upacara adat yang disebut tuno manuk atau bakar ayam, yang diselenggarakan setiap pertengahan tahun. Salah satu bagian penting dari upacara itu yakni membawa sesajian di sejumlah batang pohon, tempat keramat, dan sumber-sumber mata air. Saat itu, para leluhur dipanggil menjaga dan merawat lingkungan itu agar selalu segar, tidak digerogoti penyakit,” kata Woda.

Desa Demondei dan desa-desa terpencil lain di pulau itu tidak pernah diserang hama tanaman.

Petani sadar tanaman kopi, kemiri, kelapa, pinang, cokelat, dan cengkeh tidak mendatangkan hasil dalam waktu singkat. Jenis tanaman ini butuh waktu 5-10 tahun untuk berbuah. Tanaman tidak perlu diberi pupuk. Petani cukup menyiangi rumput-rumput liar di sekitarnya.

Petani memanfaatkan tanah di sela tanaman dengan menanam jagung, umbi-umbian, dan kacang-kacangan. Jika tidak, ada kecenderungan petani membiarkan rumput dan tanaman liar tumbuh di sekitar tanaman perkebunan itu.

Menurut Woda, budidaya tanaman perkebunan itu berlangsung sejak tahun 1950-an atas petunjuk pastor-pastor Barat yang berkunjung ke desa itu. Mereka membawa anakan kopi, kemiri, kelapa, mangga, dan nangka ke desa itu. Tanaman lain seperti cokelat, vanili, rambutan, dan salak didatangkan warga tahun 1990-an.

Tanaman terus berganti generasi. Setiap tahun di musim hujan sebagian jenis tanaman ditebang, kemudian ditanam baru, atau membiarkan tanaman yang ditebang tumbuh kembali.

Mikhael Sedu (50), Kepala Desa Watodei, Kecamatan Adonara Barat, mengatakan, dari hasil sensus ekonomi 2010, masyarakat di pulau Adonara hampir 70 persen bergantung pada hasil perkebunan. Sisanya dari pertanian (lahan kering), nelayan, dan perdagangan.

Masalah utama adalah tidak ada pendampingan terhadap kelompok tani. Beberapa jenis tanaman dipanen dalam kondisi belum matang sehingga berpengaruh terhadap harga jual di pasar.

Buah kopi, kemiri, cokelat, daging kelapa, dan daging pinang yang dicincang selama ini dijemur langsung di tanah atau di atas wadah yang tidak memenuhi standar kualitas pasar. Petani bekerja secara tradisional sehingga menghasilkan uang seadanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com