Salin Artikel

Mengabdi Tanpa Batas meski Honor Setipis Kertas...

Razali bergabung menjadi anggota relawan Tagana sejak tahun 2005 pada saat perekrutan pertama anggota relawan Tagana di Aceh Besar.

Saat itu, perekrutan relawan Tagana tidak dibatasi umur.

“Dulu saya menjabat sebagai Mukim, struktur pemerintahan Gampong di Aceh yang membawahi 12 desa di Kecamatan Suka Makmur. Saat perekrutan pertama untuk relawan Tagana, tidak ada warga saya yang bersedia untuk ikut karena suasana saat itu pasca konflik dan tsunami, sehingga terpaksa saya yang hadir untuk mengikuti pelatihan dasar relawan Tagana,” kata Razali saat ditemui Kompas.com di kediamannya di Desa Aneuk Batee, Selasa (30/4/2024).

Razali masih ingat betul saat pembekalan mengikuti pelatihan dasar (diksar) ala militer selama sepekan untuk seleksi anggota relawan Tagana.

Dia dilatih langsung oleh anggota TNI dari Kopassus di Lhong, Kabupaten Aceh Besar. Saat itu, latihan dilakukan tengah malam.  

"Saat latihan saya mendapat penghargaan dari pelatih, karena saat latihan tengah malam terjun ke sungai. Saya orang pertama yang berhasil menyelesaikan latihan. Selama mengikuti latihan, saya selalu dalam kondisi siap dan stan by. Saat tidur malam pun saya tidak melepas sepatu dan atribut latihan sehingga saat ada intruksi dari pelatih saya selalu tepat waktu,” kata Razali .

Setelah mendapat pembekalan dan latihan sebagai anggota relawan Tagana, Razali kemudian kembali ke desa dan beraktivitas seperti biasa sebagai petani sawah.

Dia juga harus mengurus berbagai persoalan warga dari 12 Gampong karena telah dipilih sebagai Imum Mukim Aneuk Batee sejak tahun 2003 sampai dengan 2008.

Selama menjadi relawan Tagana, di bawah Dinas Sosial Kabupaten Aceh Besar, Razali selalu hadir ke lokasi dalam setiap bencana, baik banjir, puting beliung, dan kebakaran rumah.

Hal yang dilakukan adalah mengevakuasi warga, pencarian orang hilang, pendataan, serta menyalurkan bantuan dan menyiapkan tenda beserta dapur umum untuk korban bencana.

Selain aktif turun ke lokasi bencana, Razali yang usianya paling tua di Tagana Aceh Besar, juga sering diutuskan oleh Dinas Sosial Aceh Besar sebagai pemateri untuk kegitan sosialisasi mitigasi bencana kepada siswa, mulai dari tingkat SD, SMP, hingga SMA.

Sosialisasi sering diisi dengan pendekatan materi syair dan lagu-lagu berbahasa Aceh yang mudah dipahami dan diingat oleh siswa.

Fasilitas dan insentif

Sebagai relawan Tagana, Razali dibekali perlengkapan dan pakaian dinas lapangan, seperti sepatu, celana, baju, rompi, jaket, dan topi.

Perlengkapan ini setiap tahun diberikan ke para relawan Tagana.

Razali dan relawan Tagana lainnya mendapatkan honor Rp 250.000 perbulan yang dibayarkan setiap enam bulan sekali.

Selain aktif sebagai relawan Tagana, sejak 2013, dia juga diangkat menjadi da’i keliling di bawah Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh.

Tugasnya, setiap hari Selasa malam melakukan syiar keliling ke lokasi yang rawan terjadi pelanggaran syariat Islam di Kota Banda Aceh, seperti warung kopi, kafe, dan taman yang ada di wiliyah Kota Banda Aceh.

Sebagai da’i keliling, Razali mendapatkan honor Rp 600.000 setiap bulan dari Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh.

“Alhamdulillah untuk biaya sehari-hari bersama istri cukup, karena lima orang anak saya sudah selesai semua tanggungan dan sudah menikah," ujar Razali.

Selain dua honor tadi, Razali mencukupi biaya kebutuhan hidup keluarganya dengan menjual kue buatan istrinya ke sejumlah warung kopi yang ada di Banda Aceh.

“Kegiatan rutin setiap pagi saya antar kue kewarung kopi, saat musim tanam padi saya juga turun ke sawah, karena menjadi relawan Tagana juga tidak terikat. Kami saling melengkapi sesama relawan,” ungkapnya.

Razali juga beberapa tahun terakhir ini sering mendapat tawaran untuk membintangi beberapa film yang digarap oleh sineas muda Aceh Bergerak sebagai pemeran sosok ayah.

Sementara, Kabid Linjamsos Dinas Sosial Kabupaten Aceh Besar, Munawar, mengatakan, relawan Tagana di Kabupaten Aceh Besar seluruhnya berjumlah 74 orang yang tersebar di 20 kecamatan dari 23 kecamatan di Aceh Besar.

Tiga kecamatan tanpa relawan Tagana, yaitu Kecamatan Lembah Seulawah, Pulau Aceh, dan Leupueng.

"Tapi di sana tetap ada pilar sosial lain, seperti pendamping desa kita ada di sana, sehingga setiap ada bencana, kita mendapat laporan dan data dari mereka,” ujarnya.

https://regional.kompas.com/read/2024/05/01/060000078/mengabdi-tanpa-batas-meski-honor-setipis-kertas-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke