Salin Artikel

Warga Desa Pulau Maringkik Lombok Timur Kesulitan Akses Air Bersih, Mandi Pakai Centong

LOMBOK TIMUR, KOMPAS.com- Ribuan warga yang berada di Desa Pulau Maringkik, Kecamatan Keruak, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), terdampak kemarau panjang.

Akibatnya ribuan warga di tempat itu kesulitan dan harus membeli air bersih untuk keperluan memasak dan mandi.

Diketahui warga desa setempat memang sudah dialiri perusahaan air minum (PAM),  namum karena musim kemarau air PAM desa tersebut kerap macet karena kondisi kekeringan.

Dari pantauan nampak para ibu-ibu berbondong-bondong membawa ember atau bak mengantre air bersih dari  (PAM) setempat yang disalurkan melalui balai desa, Sabtu (30/9/2023).

Jika warga tidak mendapatkan air karena air PAM macet, ibu-ibu di desa itu harus rela menyeberangi lautan untuk mendapatkan air bersih ke desa tetangga yakni Desa Tanjung Luar yang berada di pulau induk (Pulau Lombok).

Samtiadi (42) warga setempat mengaku krisis air di Desa Pulau Maringkik sudah dirasakan sejak 5 tahun lalu.

Namun kondisi itu kian membaik setelah saluran air PAM lewat bawah laut masuk ke desa Pulau Maringkik pada tahun 2017 lalu.

"Tapi kalau lagi musim kemarau itu kadang airnya keluar 3 kali dalam seminggu. Itu karena memang suplai air dari PAM Bendungan Pandan Duri mulai mengering, jadi kita kesulitan air bersih di sini," kata Samtiadi.

Sebagai nelayan,  dia bisanya membeli 5 liter air sebagai bekal  mencari ikan dan cumi-cumi di tengah laut Tanjung Luar Lombok Timur.

"Biasanya beli 5 liter itu Rp 5 ribu. Karena harus melaut sampai 5-6 jam kan," tutur Samtiadi di sela-sela menjahit jalanya.

Eka Nurki (30) ibu satu anak di desa tersebut juga merasakan hal serupa.

Selama musim kemarau, suplai air masuk dari PAM desa hanya 3 kali dalam seminggu.

Masing-masing kepala keluarga mendapatkan jatah air untuk keperluan masak mandi dan minum  dibatasi hingga 6 bak (wadah plastik ukuran 25 liter). Per bak warga harus membayar Rp 500 rupiah ke pihak desa.

"Jadi kalau 6 bak itu kita bayar Rp 3.000. Terus airnya itu kadang lancar kadang tidak. Kalau hari Sabtu keluar airnya besok pasti tidak keluar hari Minggu. Jadi selang dua hari baru keluar," kata Eka.

"Kalau mandi kita dikit-dikit, yang penting basah seluruh badan, paling-paling sekitar lima gayung, kita pakai," kata Eka.

Kepala Desa Pulau Maringkik Nusapati membenarkan adanya warga yang alami kesulitan air bersih selama musim kemarau di Desa Pulau Maringkik. Namun, kata Pati, kondisi itu tidak separah tahun 2017 lalu.

"Beda dengan sebelum ada pipa air dari darat 5-6 tahun lalu. Sekarang meski sulit Alhamdulillah bisa mencukupi walaupun keluar 3 kali dalam seminggu," katanya.

Menurut Pati limitnya air yang disuplai ke PAM desa Pulau Maringkik melalui bawah laut tersebut karena kondisi air limit di Kecamatan Keruak Lombok Timur.

"Walaupun limit airnya tapi masih lancar. Nah sementara ini tidak pernah macet. Kendala ini kan karena debit berkurang. Karena bendungan pandan Duri mulai mengering," ujarnya.

Warga butuh akses kesehatan

Ketua Badan Permusyawaratan Desa Pulau Maringkik Hanapi mengatakan selain alami kesulitan air bersih, 1.500 jiwa di Desa Pulau Maringkik belum mendapatkan layanan kesehatan yang layak.

Kata Hanapi, warga dapat mengakses kesehatan ketika ada agenda posyandu di Puskesmas Pembantu (Pustu) di Desa Pulau Maringkik.

"Jadi selain butuh suplai air. Pelayanan kesehatan juga belum dirasakan oleh masyarakat. Karena kalau mau berobat harus nyebrang ke daratan di Kecamatan Keruak," katanya.

Ketua Lembaga Amal Zakat Infaq Sedekah Wakaf dan Hibah Nahdlatul Wathan (Lazah NW) NTB TGH Zakaria mengatakan pihaknya berencana membuka layanan kesehatan di Desa Pulau Maringkik.

Pasalnya akses warga ke rumah sakit atau puskemas dari Desa Pulau Maringkik harus menyebrangi lautan selama 20 menit menggunakan perahu.

"RS jauh dari Maringkik. Kami datang untuk mendata dan mengecek kondisi kesehatan masyarakat. Rata-rata masyarakat Maringkik itu memiliki kolesterol tinggi, dan asam urat," ungkap Zakaria.

Menurut Zakaria, dari 1.500 penduduk hampir 99 persen masyarakat menjadi nelayan. Hal itu pun berpengaruh pada pola kesehatan masyarakat yang gemar mencari ikan di lautan.

"Hari ini ada puluhan warga kita berikan terapis Kinesio dan Sujok dengan mendatangkan terapis dari beberapa puskesmas Lombok Barat dan Lombok Utara," ujar Zakaria.

Ketua Pimpinan LAZAH NW Pusat Lale Syifaun Nufus Putri Sentane mengatakan bahwa pihaknya akan mengusulkan kapal ambulans khusus pulau Maringkik sebagai akses layanan kesehatan ke Kecamatan Keruak.

"Karena sewaktu-waktu masyarakat sakit bisa segera ditanggulangi," ujarnya.

Menurut Lale, masyarakat Desa Pulau Maringkik perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Karena akses menuju ke Desa Pulau Maringkik dari Pulau Lombok membutuhkan waktu.

"Kita minta pemerintah nanti memberikan satu kapal ambulans ya. Karena masyarakat di Maringkik jauh dari akses tersebut," pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2023/10/01/130519078/warga-desa-pulau-maringkik-lombok-timur-kesulitan-akses-air-bersih-mandi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke